Cara Mengatasi Anak yang Terkena Cacar Air - "Aduh, anakku kena cacar air, nih. Yang aku takutkan, nanti akan ada bekasnya. Anakku, kan, perempuan," ujar Ibu Ida panik. Kepanikan serupa mungkin pernah juga dialami oleh Anda di rumah saat si kecil terkena cacar air. Menurut Dr. Tb. Rahmat Sentika, SpA, MARS, cacar air atau
chicken pox adalah infeksi virus yang biasanya menyerang anak-anak. Virus ini menyerang kulit dengan membentuk lesi (luka) yang berisi cairan (serous). Infeksi virus ini biasanya menyerang anak berusia 9 bulan ke atas. "Pada beberapa kasus, cacar air juga bisa menyerang orang-orang dewasa. Tetapi, makin dewasa biasanya makin berkurang." Bayi berusia di bawah 6 bulan jarang terkena penyakit cacar air, karena masih memiliki kekebalan dari ibunya.
"Nah, pada usia 8-9 bulan, bayi tidak lagi memiliki kekebalan dari ibunya," lanjut Rahmat. Penyebab cacar air adalah virus varicella. "Pada cacar biasa virusnya bernama Variola. Cacar variola lebih berat daripada cacar air. Pada cacar variola, lukanya berisi nanah, sedangkan pada cacar air, lukanya berisi cairan," ujar dokter anak dari Klinik Medika Bayuadji, Jakarta ini. Penyakit ini ditularkan melalui udara dan sampai saat ini masih sering menjadi wabah di beberapa tempat dan belum bisa dihapus.
Penyakit cacar air merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penderita cacar air akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya. Cara penularan cacar air bisa melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Karena itu, penderita sebaiknya dipisahkan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya anak-anak. "Karena anak-anak akan lebih cepat tertular. Orang dewasa memang jarang terkena cacar air, tetapi begitu kena biasanya akan lebih berat daripada jika yang terkena anak kecil. Pasalnya, daya tahan tubuh orang dewasa sudah semakin berkurang," lanjut Rahmat.
INFEKSI SEKUNDER
Gejala cacar air antara lain panas tinggi yang berlangsung sekitar 3 hari sampai satu minggu. Kemudian, setelah panas turun, muncul bintik-bintik yang dimulai dari daerah sekitar dada dan kemudian menyebar ke lengan dan kaki. "Gejala lainnya adalah gatal pada bagian kulit yang luka," lanjut Rahmat. Biasanya, pada cacar air juga akan terjadi infeksi sekunder, karena pecahnya lesi (luka) di kulit yang kemudian terkena infeksi bakteri. "Akibatnya, kulit jadi sering rusak," ujar Rahmat.
Cairan atau serous di dalam luka si penderita sifatnya
infectious (menular), sehingga jika luka pecah, akibatnya akan menyebar ke bagian lain dari kulit. "Akibatnya, hampir seluruh bagian tubuh pun akan terkena. Biasanya yang paling sering terkena adalah kulit di sekitar punggung lengan, karena kulit di bagian ini lebih tipis," ujar Rahmat.
Timbulnya infeksi sekunder juga akan membuat panas tubuh penderita enggak turun-turun. "Seolah-olah panasnya menetap, meski tidak terlalu tinggi dan tidak sampai normal. Ini biasanya berlangsung sekitar satu minggu," lanjut Rahmat. Baru setelah itu, pada minggu kedua, akan terjadi masa penyembuhan. "Sebetulnya penyakit cacar air termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri
(self limiting disease). Jadi, nggak diobati pun akan sembuh sendiri," ujar Rahmat.
Kemudian, karena disertai dengan radang tenggorokan atau infeksi saluran pernapasan, maka penderita perlu juga waspada pada kemungkinan terkena radang paru-paru (pneumonia). "Karena terjadi infeksi sekunder, maka perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya infeksi meluas," ujar Rahmat. Meski bukan termasuk penyakit berat, tetapi perlu juga diwaspadai kemungkinan cacar air timbul di bagian tubuh yang berselaput lendir, misalnya di tenggorokan atau mata. "Tetapi ini jarang terjadi," lanjut Rahmat.
SERING MANDI
Menurut Rahmat, sampai saat ini belum terdapat obat-obat antivirus yang efektif untuk mengurangi atau menyembuhkan penyakit ini. Walaupun demikian, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi penderita cacar air. Antara lain, jika masih terdapat luka berisi cairan (serous), sebaiknya jangan dipecahkan. "Kalaupun sudah pecah, sebaiknya hindarkan jangan sampai terjadi infeksi sekunder," ujarnya. Rahmat juga menganjurkan supaya penderita sering-sering mandi.
"Banyak orang yang keliru, justru melarang anaknya yang terkena cacar air mandi." Padahal, lanjut Rahmat, "Dengan mandi, tubuh akan menjadi bersih dan mencegah timbulnya infeksi kuman yang masuk melalui luka. Kalau perlu, mandi 4-5 kali sehari dengan menggunakan sabun antiseptik. Selain itu, mandi juga akan mengurangi gatal," ujar Rahmat. Yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati saat mandi supaya pada bagian yang luka tidak sampai pecah. "Karena itu, pada bagian-bagian yang terkena sebaiknya jangan digosok keras-keras," lanjut Rahmat.
Karena infeksi sekunder tak bisa dihindari, maka penderita sebaiknya juga diberi obat-obat antibiotik. "Bahaya infeksi sekunder adalah munculnya bekas pada kulit seperti bopeng-bopeng. Pada cacar biasa, bopeng ini akan lama hilang dan bahkan tak bisa hilang. Tetapi pada cacar air, bopeng ini akan hilang, tergantung seberapa lesi-nya," lanjut Rahmat. Penderita sebaiknya juga diberikan antivirus yang kini sudah banyak tersedia. "Meski efektifitasnya masih sering diragukan, tetapi kebanyakan dokter akan memberikan obat-obat antivirus ini." Malah, sekarang antibiotik atau antivirus ini ada yang sifatnya topikal atau langsung diberikan berupa salep. "Sehabis mandi, kulit yang sehat diberi bedak cair, sementara pada kulit yang luka diberi salep tadi."
IMUNISASI
Pada umumnya, lanjut Rahmat, karena sifat penyakit ini yang
self limiting disease, "Maka yang terutama harus diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk sistem kekebalan." Biasanya, penderita yang sudah terkena cacar air akan membentuk sistem kekebalan sehingga tidak akan kembali terkena cacar air. Dulu, muncul pengetahuan yang salah di kalangan masyarakat.
"Katanya, kalau ada penderita yang terkena cacar air, deketin saja sehingga ia juga akan terkena. Kalau sudah kena, kan, jadi kebal. Cara ini sebetulnya nggak perlu dan justru berbahaya," tuturnya lagi. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori dan protein serta istirahat yang cukup juga akan membantu meningkatkan daya tahan tubuh penderita. "Kalau perlu berikan beberapa vitamin dan buah-buahan segar. Dengan cara-cara ini, maka lamanya penyakit akan bisa diperpendek. Kalau biasanya berlangsung dua minggu, maka dengan cara ini mungkin hanya 4 hari," ujar Rahmat.
Untuk mencegah kemungkinan terkena atau tertular cacar air, bisa diberikan imunisasi Varilrix. "Imunisasi sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan ke atas, karena pada usia ini bayi sudah tak lagi memiliki kekebalan tubuh dari ibunya. Dan imunisasi ini biasanya diberikan setelah program imunisasi dasar lain diberikan, misalnya imunisasi campak," ujar Rahmat. Sayang, biaya untuk imunisasi Varilrix cukup mahal, yakni sekitar Rp 300 ribu. "Sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa membayar imunisasi Varilrix," lanjut Rahmat. Yang penting, saran Rahmat, makan cukup makanan bergizi serta banyak istirahat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. "Ini merupakan pencegahan yang terbaik."
PERTOLONGAN YANG DILAKUKAN
Apa yang harus Anda lakukan ketika anak Anda terkena cacar air? Dr. Miriam Stoppard dalam bukunya
Perawatan Bayi dan Anak menganjurkan beberapa hal, di antaranya:
- Segera ke dokter Tujuannya untuk memastikan anak Anda menderita cacar air atau bukan. Segera berobat jika timbul kemerahan dan bengkak pada bintik-bintik yang menunjukkan terjadinya infeksi, atau bintik-bintik terus menerus digaruk. Selain itu, segera berobat jika anak demam atau sakit kepala sewaktu bintik-bintik sudah menyebar ke seluruh tubuh dan keadaan anak mulai membaik.
- Olesi losion Untuk mengurangi rasa gatal yang dirasakan penderita, Anda bisa mengatasinya dengan mengoleskan losion kalamin pada bintik-bintik atau memberi kompres hangat dengan larutan soda atau bikarbonat.
- Sering ganti popok Jika si kecil masih memakai popok, popok harus sering diganti. Atau jika mungkin, jangan gunakan popok dulu supaya bintik-bintik cepat kering.
- Gunting kuku Kuku sebaiknya juga dipotong pendek dan larang anak supaya jangan menggaruk.
- Isolasi Yang juga harus dilakukan adalah sedapat mungkin menjauhkan penderita dari anak lain. Kalau perlu, larang ke sekolah dulu sebelum semua bekasnya hilang.