Cara Mendeteksi Gigi Berlubang dengan Metode Raman Spectroscopy - Desingan bur membuat banyak orang takut untuk berobat ke dokter gigi. Belum lagi adanya pro kontra pemakaian bahan tambal amalgam yang mengandung merkuri, yang hingga saat ini masih banyak dipakai. Apalagi kalau gigi sudah tak bisa ditambal dan dipertahankan, hingga harus dicabut dan disuntik terlebih dulu. Hingga saat ini, karies (lubang gigi) dapat dikatakan adalah penyakit mendunia yang angka kejadiannya tak kunjung menurun, betapa pun telah banyak langkah yang dilakukan untuk mencegahnya.
Salah satunya mungkin karena karies cukup sulit untuk dideteksi secara dini. Permukaan email yang keras membuatnya cukup kuat untuk bertahan dan tidak mudah larut karena asam yang dikeluarkan bakteri penyebab karies, sehingga lubang tidak sebegitu cepatnya menganga. Lain halnya dengan lapisan di bawah email yaitu dentin yang lebih lunak. Begitu sudah ada setitik lubang di email, meski dalam ukuran mikroskopis, bakteri dapat berpenetrasi ke dentin. Akibatnya jaringan ini lebih mudah mengalami kerusakan.
Karena itulah banyak orang yang kaget, mengapa gigi terasa ngilu padahal gigi terlihat utuh. Ternyata setelah diperiksa oleh dokter gigi, sudah terjadi karies menggaung. Jaringan email sudah tak lagi didukung dentin, ibaratnya atap rumah yang temboknya sudah hancur dan tinggal tiang penyangga saja. Begitu jaringan karies diangkat, baru terlihat gigi sudah berlubang besar.
Di masa depan, bukan mustahil dokter gigi tidak perlu lagi mengebor gigi pasiennya. Bahkan bisa jadi tambalan pun sudah tidak diperlukan. Baru-baru ini ilmuwan dari King’s College London tengah mengembangkan tehnik pendeteksi karies secara dini, menggunakan Raman Spectroscopy.
Gigi yang ditembakkan sinar laser akan menghamburkan foton yang akan diukur dengan Raman spectrometer. Alat tersebut dapat membaca jejak-jejak mineral gigi untuk mendeteksi tanda-tanda kerusakan. Gigi yang sehat akan menghamburkan cahaya secara berbeda dengan gigi yang sudah terjadi karies dini.
Begitu terdeteksi, perkembangan karies dini dapat segera dicegah, dengan menggunakan
fluoride varnish atau dengan obat kumur khusus. Jadi gigi tidak perlu lagi dibur dan ditambal. Tapi tentu saja pasien juga harus berinisiatif untuk memeriksakan giginya secara berkala.
Sebetulnya Raman Spectroscopy sudah lama digunakan ilmuwan dalam laboratorium, dan digunakan untuk menganalisa materi dan membedakan zat kimia yang berbeda dengan mengidentifikasi molekulnya. Tehnik ini juga memungkinkan untuk mendeteksi tumor, bahkan membantu penelitian forensik dengan mengidentifikasi sidik jari pada mayat.
Caranya dengan menembakkan sinar laser ke molekul target, lalu diukur perbedaan panjang gelombang sinar yang terhambur dalam bentuk foton yang keluar dari target tersebut dengan panjang gelombang awal sinar. Raman sendiri diambil dari nama seorang ahli fisika dari India yang meraih Nobel pada tahun 1930, yang pertama kali meneliti tentang perbedaan panjang gelombang tersebut. Kini Raman spectroscopy sudah digunakan oleh para ahli dari berbagai bidang seperti ahli geologi, ahli kimia, dan arkeolog.
Dalam bidang kedokteran, Raman spectroscopy bahkan mungkin menggantikan CT Scan dan X-ray. Menurut David Batchelder dari University of Leeds, tehnik ini sangat baik untuk mempenetrasi jaringan yang dalam.
Sayangnya orang yang takut ke dokter gigi belum bisa terlalu lega, karena tehnik ini belum akan hadir di tempat praktek dokter atau dokter gigi dalam waktu dekat. Raman spectroscopy sebagai alat pendeteksi dini karies gigi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Selama ini penelitian yang sudah dilakukan masih belum melibatkan gigi manusia yang asli. Selain itu, pembuatan mesin tersebut dalam skala besar membutuhkan dana dan tenaga yang sangat besar
.