Dampak Buruk Akibat Menahan Kencing Terlalu Lama - Melatih aktivitas buang air kecil
(toilet training) membuat anak bisa mengontrol di mana dan kapan saat yang tepat. Namun, jangan lupa, kita pun harus mengarahkannya agar tidak terlalu lama menahan keinginan berkemih. Menahan yang terlalu lama akan berakibat serius pada kandung kemih bahkan ginjalnya. Untuk itu, orang tua harus mengenali pada kondisi apa anak cenderung menahan kencing terlalu lama, seperti yang diungkapkan dr. Stefanus J. Sarmili, Sp.A.
ALASAN MENAHAN KENCING
Umumnya menahan kencing akan dilakukan jika anak mengalami pengaruh psikologis, misalnya karena tidak mau kehilangan momen-momen yang mengasyikkan saat sedang bermain. Penyebab lainnya bisa jadi gangguan organik. Misalnya, ketika kencing anak merasa kesakitan.
"Yang sering terjadi, lubang kulup pada anak laki-laki terlalu sempit, sehingga kencing tertahan di sana dan menimbulkan rasa sakit," ujar Stefanus. Rasa sakit inilah yang mendorong anak menahan kencingnya.
Atau, bisa juga karena terjadi kelainan anatomi pada organ kemihnya. Bila anak merasa sangat tidak nyaman, perih seperti tertusuk misalnya, anak pun akan berusaha menghindari rasa sakit itu dengan cara menahan aliran kencingnya. "Kelainan pada anatomi pun punya risiko tinggi untuk menjadi infeksi saluran kemih."
AKIBAT KENCING DITAHAN
Menurut Stefanus, akibat dari kebiasaan menahan kencing adalah infeksi kandung kemih. Masalahnya, air kencing yang bertumpuk di kandung kemih merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan kuman dan bakteri. Ingat, air kemih mengandung sisa-sisa pembuangan yang bisa mengandung apa saja yang mudah dihinggapi berbagai kuman.
Ketika terjadi infeksi, banyak hal yang bisa dirasakan anak, seperti rasa perih di pangkal bagian dalam buah zakarnya, sakit perut, mual-mual, sakit pinggang, dan sering kencing tapi kuantitasnya sedikit. Atau mungkin saja gejala yang muncul mirip dengan gejala sakit lainnya, seperti demam, pusing, dan lemas.
Kalau salah satu dari gejala pertama yang muncul, maka dokter dan mungkin orang tua bisa langsung menebak kalau sedang terjadi ketidakberesan dengan bagian kandung kemihnya. Namun kalau gejala yang muncul berupa demam, pusing, atau lemas, bisa saja tidak ditemukan indikator penyebabnya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan air kencing di laboratorium. "Dengan pemeriksaan air kencing dapat diketahui terjadi infeksi atau tidak," ungkap Stefanus.
Infeksi pada kandung kemih harus segera diatasi. Bila tidak, kuman dan bakterinya bisa naik ke ginjal melalui saluran ureter. Bisa saja nantinya anak akan mengalami infeksi ginjal dan gagal ginjal. Apalagi infeksi kandung kemih merupakan penyakit urutan kedua setelah infeksi saluran pernapasan pada anak.
TERAPI DAN OPERATIF
Untuk mengatasi infeksi, tentu saja harus dilihat dulu penyebab dan tingkat penyakitnya. Bila akibat terlalu sering menahan kencing, kemudian infeksi hanya terjadi di kandung kemih, maka pengobatannya cukup dengan minum obat yang diresepkan dokter. Selain itu, anak pun dianjurkan banyak minum air putih agar pengeluaran air kemihnya lebih lancar.
Tindakan yang lebih kompleks seperti operasi akan dilakukan jika penyebab suka menahan kencing dan infeksinya adalah kelainan organik yang umumnya dialami anak laki-laki. Bila lubang kulupnya terlalu kecil, maka kulupnya akan dipotong, dengan kata lain disunat. Namun, bila kelainan organiknya di daerah kandung kemih atau saluran kemih, biasanya dokter akan melakukan tindakan operatif lebih dalam sambil memberikan obat pendukung.
Untuk selanjutnya, orang tua harus mengarahkan anak agar mereka teratur buang air kemih. Pendekatan psikologis sangat diperlukan agar ia mengerti apa yang harus dilakukan. Soalnya, walau infeksi kandung kemihnya sembuh, bila anak mengulangi lagi kebiasaan menahan kencing, maka infeksi bisa terjadi lagi. Apalagi, anak yang memang berbakat menderita kencing batu, kemungkinannya mengalami infeksi akan lebih besar. Bakat ini bisa diduga bila orang tua atau kakek-neneknya sering mengalami kencing batu.
Orang tua pun harus mengajarkan anak untuk selalu membersihkan organ kelaminnya secara benar. Ketika pup misalnya, cara mencebok yang benar adalah dari arah depan ke belakang. Bila caranya salah, dari belakang ke depan, maka bakteri dan kuman mudah masuk ke daerah vagina dan berkesempatan masuk ke dalam saluran kemih. Infeksi kandung kemih terutama sering terjadi pada perempuan. Pada bayi baru lahir, infeksi kandung kemih terjadi karena ia menderita infeksi pada darah atau sepsis.
Untuk mencegah berulangnya penyakit ini, orang tua perlu memperhatikan kebersihan dan kesehatan kelamin anak. Pakailah air yang bersih ketika membasuh kelamin anak, dan minta anak untuk tidak menahan kencing, kemudian latihlah ia melakukan
toilet training.
MAKANAN PENYEBAB INFEKSI
Faktor makanan, menurut
Stefanus, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh terhadap infeksi kandung kemih. Namun, bila anak terlalu sering menahan kencing tanpa diimbangi minum air putih yang cukup dan porsi makanan manisnya jauh lebih banyak, maka biasanya infeksi lebih mudah terjadi. Prosesnya, zat manis dari minuman atau makanan lambat laun menimbun di kandung kemih yang akhirnya membentuk karang batu. Karang batu ini menghalangi keluarnya air kemih, sehingga muncullah infeksi.
Begitu juga dengan anak yang sering mengonsumsi jengkol bersama keluarganya. Asam jengkolat yang dikandung jengkol bisa menimbulkan timbunan dalam kandung kemih. Tandanya adalah rasa anyang-anyangan. Orang awam menyebutnya dengan kejengkolan. Untuk mengatasinya, berikan air putih lebih banyak. Bila tidak kunjung sembuh, segera bawa anak ke dokter. "Keterlambatan penanganan kejengkolan ini bisa menimbulkan akibat yang lebih serius, gagal ginjal misalnya," tandas Stefanus.
WASPADAI INKONTINENSIA
Sebaliknya, ada anak-anak yang malah tidak bisa menahan kencing. Ketidakmampuan ini, salah satu faktornya karena gangguan psikologis. Mungkin anak sering mengalami kecemasan, ketakutan, kesedihan yang berlebih sehingga kemampuan menahan kencingnya terganggu. "Mereka sering mengompol atau kencing sembarangan," tutur
Stefanus.
Bila hal ini dialami anak usia 1-3 tahun tentunya masih bisa ditolerir. Anak usia ini, kan, masih berada dalam periode kritis, yakni kemampuan mengontrol kandung kemihnya masih lemah. Namun, bila lebih dari usia itu anak masih tetap mengompol atau kencing sembarangan, orang tua mesti waspada. Mungkin saja anak mengalami inkontinensia atau ketidakmampuan mengontrol keluarnya air kencing dan tinja. "Inkontinensia lebih banyak dialami oleh anak perempuan."
Masalah inkontinensia, selain disebabkan faktor psikologis, juga bisa disebabkan diare terus-menerus yang bukan karena infeksi, tetapi karena efek samping pengobatan antibiotika ataupun zat besi. Penyebab lainnya antara lain cedera pada sumsum tulang belakang yang mempengaruhi gerakan usus, kelainan pada dubur karena adanya tumor, dan kecacatan fisik yang berat. Atau, bisa juga disebabkan infeksi saluran kemih yang berat sehingga anak jadi sering kencing berceceran. Berikutnya disebabkan sumbatan dari pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan terkumpulnya urin sehingga terjadi aliran urin yang tidak terkontrol karena terlalu penuh, kanker kandung kemih, tuberkulosa, dan masalah perilaku anak.
Penanganan yang diperlukan antara lain pengobatan biasa dan pembedahan bila ada sumbatan akibat tumor. Pada kasus yang berat, bisa saja dilakukan pemeriksaan sinar-X dan tes-tes lain yang bisa dilakukan oleh ahli saluran kemih (urolog) dan usus (koloproktolog). Sedangkan pada anak yang yang sering mengompol, terutama di siang hari, perlu pertolongan psikolog untuk mengatasinya. Pendekatan yang simpatik bisa dilakukan dengan pertolongan psikolog. Bukan malah membentak, marah-marah, apalagi memberi hukuman ke anak. "Tindakan seperti ini malah akan memperbesar kecemasannya, sehinnga ia makin sulit keluar dari masalah," tandas Stefanus.
Setelah melakukan pendekatan sambil memberikan motivasi, latih anak untuk menahan kencing. Latihan ini berguna untuk membantu kandung kemih menampung urin lebih banyak, memperkuat otot sfingter (otot yang membuka-tutup aliran kencing), serta menyadarkan anak akan sinyal kandung kemihnya.
Latihan ini dilakukan dengan cara meningkatkan masukan cairan. Misalnya, minum 1 gelas lebih banyak untuk setiap kali minum, menahan kencing lebih lama, setiap hari 2 menit lebih lama sampai maksimal 30 menit, beberapa kali menghentikan aliran kencing untuk menguatkan otot sfingter. Agar lebih jelas, bisa berkonsultasi dengan ahlinya, bisa dokter atau psikolog.
Kemudian mintalah anak untuk membuat catatan setiap kali dia dia berhasil tidak mengompol. Lakukan dengan menandai kalender dengan stiker menarik supaya si anak punya motivasi lebih kuat. Selanjutnya ajarkan anak setiap kali naik ke tempat tidur untuk menenangkan pikiran, menutup mata dan membayangkan sejelas mungkin tentang perasaan ingin kencing, yang kemudian disusul dengan bangun, turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi untuk mengeluarkan kencingnya. Setelah melakukan hal di atas, minta anak untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak akan ngompol lagi
.