Cara Mengobati Diare Sering Buang Air Besar BAB pada Anak - Kasus diare pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang  perlu menjadi perhatian. Diare termasuk dalam kelompok 5 besar penyakit  yang paling sering menyerang anak. Dehidrasi yang diakibatkan oleh diare  adalah salah satu penyebab utama kematian anak diseluruh dunia. Angka  kejadian diare cukup tinggi di negara-negara berkembang, termasuk  Indonesia.
Menurut ilmu kedokteran, diare terbagi menjadi kelompok diare akut  dan diare kronik. “Diare sendiri berarti perubahan kepadatan tinja yang  terjadi secara tiba-tiba akibat kandungan air dalam tinja melebihi  normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan frekuensi buang air besar (BAB)  lebih dari 3 kali sehari,” jelas 
dr. Zulfa Indah K. Fadli, B.Med.Sc. dari Brawijaya Clinic, ANZ Square - Podium Thamrin Nine (UOB Plaza), Jakarta.
Akan tetapi, pola buang air besar (frekuensi dan kepadatan tinja)  agak sedikit berbeda pada bayi dibandingkan dengan anak usia lebih  besar. Pada bayi, BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tinja yang  lembek dianggap normal, selama tumbuh kembang bayi tidak terganggu. Hal  seperti ini dapat berlangsung sampai usia 4-6 bulan.
Infeksi Rotavirus 
Diare cair akut adalah jenis diare yang paling sering menyerang bayi dan anak.  “Ciri-cirinya adalah terjadinya peningkatan frekuensi BAB dengan tinja  yang cair, tanpa terlihat darah, dan terkadang dapat disertai dengan  beberapa gejala lain seperti muntah, sakit perut ataupun demam,” lanjut  dr. Zulfa. Secara umum, diare dapat disebabkan oleh infeksi, alergi  makanan, gangguan penyerapan makanan, keracunan makanan atau sebagai  salah satu gejala dari penyakit yang menyebabkan gangguan kekebalan  tubuh (dalam hal ini diare kronis).
Di antara faktor-faktor penyebab tersebut, infeksi saluran  pencernanlah yang paling sering. Di Indonesia, infeksi Rotavirus  menempati peringkat pertama. Bukan hanya iti, kuman lain dari kelompok  bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare, dan hal ini  berhubungan erat dengan faktor kebersihan. 
Selain perubahan pola BAB, lanjut dr. Zulfa, gejala lain yang mungkin  timbul bersama dengan diare adalah demam, penurunan nafsu makan, anak  menjadi lebih cengeng dan gelisah, serta terdapat tanda lecet dan  kemerahan pada anus yang diakibatkan proses pencernaan yang tidak  berlangsung sempurna.
Dehidrasi yang disebabkan oleh hilangnya air dan elektrolit dapat  terjadi jika diare berlangsung cukup sering dan banyak. “Jika tidak  ditanganin dengan cepat maka keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi
dan berakibat fatal. Hipoglikemia (rendahnya kadar gula dalam darah) dan gangguan nutrisi juga dapat terjadi,” kata dr. Zulfa.
Hal ini disebabkan selain karena memang sedang terganggunya proses  pencernaan,  sehingga nutrisi tidak dapat diserap dengan baik, juga  karena orang tua / pengasuh sering kali menghentikan pemberian makanan  sementara karena khawatir diare akan semakin hebat. Keadaan demikian  dapat mengganggu aktivitas dan metabolisme organ tubuh terutama otak,  serta jika berlangsung lama dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Cegah Dehidrasi
Prinsip penanganan diare adalah untuk mencegah atau mengatasi  dehidrasi, memberikan dukungan nutrisi, memberikan obat-obatan yang  sesuai dengan indikasi, serta memberikan pengetahuan/edukasi kepada  orangtua, terutama pada pasien rawat jalan. Penelitian menunjukan bahwa  pemberian probiotik dan zinc memiliki manfaat positif, yang dalam hal  ini dapat mengurangi lama dan parahnya diare, serta memperkecil  kemungkinan berulangnya diare dalam waktu dekat.
“Gangguan gizi dapat dicegah dengan pemberian nutrisi yang memadai  dan tidak memuasakan anak.Jenis makanan yang dipilih haruslah  disesuaikan dengan kondisi bayi atau anak, dan ASI harus tetap  diberikan. Jika bayi / anak tidak minum ASI, konsultasikkanlah ke dokter  apakah perlu dilakukan penggantian susu formula sementara,” jelas dr.  Zulfa.
Beri ASI Eksklusif
Jika anak Anda terserang diare, ada beberapa langkah awal yang dapat  dilakukan di rumah, dengan tujuan mecegah terjadinya dehidrasi dan  gangguan nutrisi, seperti dijelaskan dr. Zulfa:
- Anak harus diberikan cairan dengan jumlah yang lebih dari  biasanya, tidak boleh dipuasakan, diberikan makanan yang sesuai dengan  usianya sebanyak yang ia mau dengan prinsip “sedikit-sedikit tapi  sering.”
- Jika diare sudah berhenti, anak harus diberikan makanan dengan  porsi 1 kali lebih banyak dari pada biasanya ia makan, selama paling  tidak 1 minggu untuk mengejar kekurangan nutrisi yang sempat terjadi.
- Segeralah bawa anak ke dokter jika BAB sangat sering, muntah  sering, diare disertai darah, terdapat tanda dehidrasi seperti kehausan,  buang air kecil jarang dan sedikit, gelisah, menolak minum.
- Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif,  memberikan gizi yang cukup dan seimbang, membiasakan mencuci tangan  sebelum menyiapkan dan memberikan makanan, menyimpan makanan ditempat  yang higienis, menggunakan air yang bersih untuk minuman, menggunakan  botol susu yang steril pada bayi yang tidak ASI dan membuang kotoran  bayi di jamban.
- Vaksinasi rotavirus merupakan suatu bentuk pencegahan primer.  Antibody yang dihasilkan oleh vaksinasi dapat mencegah dan meringankan  keparahan gejala diare.