Waspada Masalah Gangguan Kulit Selama Masa Kehamilan -
Tak perlu khawatir, Bu. Toh, problem kulit saat hamil sifatnya ringan saja. Bahkan seringkali bisa menghilang sendiri setelah melahirkan. Bisa dipastikan hampir semua Ibu hamil mengalami kelainan kulit, entah sekadar gatal sampai garis-garis coklat memanjang di sekitar perut.
Menurut
dr. Hasnah Siregar, Sp.OG kelainan kulit yang terjadi semasa hamil bisa disebabkan berbagai faktor. "Bisa karena hormonal, adanya peregangan kulit karena tubuh bertambah gemuk dan membesar, atau metabolisme tubuh yang meningkat," terang ahli kebidanan dan kandungan dari RSIA Hermina Jatinegara.
Hal senada diungkapkan
dr. Erni Bachtiar, Sp.KK dari rumah sakit yang sama, semua kelainan kulit semasa kehamilan pada dasarnya disebabkan perubahan hormon. "Terutama masalah keseimbangan hormon estrogen dan progesteron." Justru karena perubahan hormonal inilah maka maka dapat timbul pruritus (gatal-gatal), hiperpigmentasi (flek-flek warna kehitaman), dan terkadang timbul jamur pada lipatan-lipatan tubuh karena membesarnya tubuh, seperti pada lipatan di bawah payudara, perut, dan juga lipatan tubuh seperti selangkangan dan sebagainya.
Karena penyebabnya lebih pada masalah hormonal, maka ada wanita yang bermasalah dengan kulitnya dan ada pula yang tak bermasalah. "Jadi memang sifatnya sangat individual," terang Hasnah.
Namun, jelas Hasnah dan Erni senada, kelainan kulit saat hamil umumnya terjadi pada lapisan yang superfisial atau pada lapisan epidermis kulit. Umumnya juga tak terlalu berbahaya, baik buat ibu dan janin, cuma terlihat jelek saja di kulit.
Hanya saja, pemakaian obat-obatan harus tetap berhati-hati. Jangan yang bisa menimbulkan dampak pada janin, seperti kelahiran dini, keguguran, pertumbuhan terhambat, atau bayi lahir meninggal. Nah, keluhan kulit apa saja yang sering muncul saat hamil? Kita ikuti bahasan berikut:
* Rasa Gatal
Paling sering dialami dan cukup mengganggu karena ibu hamil menjadi tak bisa tidur lelap, atau tak bisa melakukan aktivitas dengan baik. Terlebih lagi, gatal-gatal dapat timbul pada usia kehamilan berapapun. "Biasanya dimulai pada trimester pertama dan sering timbul di daerah badan, seperti perut. Namun kadang juga menjalar ke seluruh tubuh," jelas Erni.
Gatal semasa hamil juga kerap muncul pada ibu yang berbakat alergi yang disebut pruritus urticaria. "Kulit akan tampak seperti biduran, bentol-bentol berwarna kemerahan, dari yang kecil sampai yang besar," terang Hasnah.
Nah, rasa gatal ini akan lebih parah bila digaruk. "Di kulit akan timbul seperti berair atau bernanah dan berbau. Juga bila pada luka bekas garukan masuk kuman bisa menyebabkan infeksi sekunder." Itulah mengapa, saat gatal, sebaiknya tak usah digaruk karena bisa timbul luka-luka kecil. "Untuk mengatasinya, olesi saja krim anti gatal," saran Hasnah.
Bila gatal-gatal ini timbul karena faktor alergi sebaiknya ibu hamil menjauhkan dari alergennya (faktor pencetus), misalnya, udang, kepiting, atau jenis ikan lain. "Ibu tidak perlu khawatir tidak akan memperoleh asupan protein. Toh, makanan yang mengandung protein tidak melulu makanan-makanan yang mencetuskan alergi tersebut." Nah, protein yang tak bisa dikonsumsi ini dapat diganti dengan makanan lain, seperti daging sapi, ayam, atau telur.
* Flek-Flek Kehitaman
Pengaruh hormonal juga membuat kulit tampak berwarna lebih gelap atau pekat dari warna sekitarnya yang disebut hiperpigmentasi yang juga dikenal dengan istilah
cholasma gravidarum. Munculnya tak tentu, ada yang di trimester awal, ada pula yang baru muncul pada trimester berikutnya. "Kelainan kulit ini tak terlalu berbahaya, kok. Hanya saja kulit jadi terlihat jelek. Ada yang bisa menghilang dengan sendirinya seusai melahirkan. Ada pula yang meninggalkan bekas," kata Erni.
Flek kehitaman paling banyak dijumpai pada bagian perut berupa
striae nigra (garis-garis berwarna kecokelatan). Setelah melahirkan berubah menjadi
striae alba (berwarna putih). "Tanda inilah yang bisa menjadi ciri bahwa wanita tersebut pernah melahirkan," jelas Hasnah.
Jika hiperpigmentasi terjadi pada kehamilan pertama, tambah Erni sambil melanjutkan, "bisa jadi pada kehamilan berikutnya akan muncul kembali."
Sayangnya, sampai sekarang belum ada upaya paling manjur untuk mencegah hiperpigmentasi. Nah, pada hiperpigmentasi yang menetap, maka perlu perawatan khusus setelah melahirkan; dengan menjaga kelembaban dan kelenturan kulit agar tak berakibat parah.
* Jamur
Kenaikan berat badan saat hamil menjadi salah satu faktor timbulnya
candidiasis cutis (jamur kulit), tampak kemerahan, berbau, dan mengeluarkan cairan, serta menyebabkan rasa gatal. Hal ini bisa mengakibatkan infeksi sekunder. "Apalagi bila kondisi ibu sedang tak baik, gizinya kurang baik, mempunyai bakat alergi yang besar, dan tak memperhatikan faktor kebersihan, misalnya, sembarangan menggaruk dalam keadaan tangan kotor," jelas Hasnah.
Pengaruh hormonal juga menyebabkan jamur kulit dapat tumbuh subur. Jika tak diobati, maka pada waktu melahirkan di jalan lahir bisa ada jamur dan bayi pun dapat terinfeksi. Kelainan kulit berupa jamur juga muncul karena masalah metabolisme, misalnya, ibu hamil penderita diabetes. Karena itu, terang Hasnah, sebaiknya kenaikan berat badan jangan terlalu berlebihan. Dengan demikian, lipatan-lipatan pada tubuhnya tak bertambah banyak.
Jamur pun dapat tumbuh karena keputihan. Memang selama tidak berbau dan menimbulkan gatal, wajar bila seorang wanita mengalami keputihan. Tapi, saat hamil seringkali cairan ini keluarnya lebih banyak sehingga menimbulkan gatal. "Nah, bisa timbul infeksi di daerah luar kemaluan bila digaruk," terang Erni.
Karena itu, saran Erni, sebaiknya ibu terbuka pada dokter yang menangani agar ditangani lebih dini. "Kalau tidak bisa timbul komplikasi yang lebih parah, misalnya, kelamin luar akan rusak atau mengarah pada keganasan," tambah Hasnah.
* Jerawat
Adakalanya justru menghilang saat hamil. Tapi, bisa juga malah bertambah parah. "Pada wanita yang berbakat jerawat karena hormonal, maka jerawat yang muncul dapat lebih hebat lagi." Kendati demikian, sebaiknya jerawat itu tidak di"utak-atik". "Hanya harus lebih rajin membersihkan muka dengan sabun bayi atau pembersih," saran Hasnah. Bila sampai memerlukan pengobatan, sebaiknya cukup obat-obatan dari luar saja tanpa obat minum. Biar dioles, harus hati-hati juga, lo. "Krem yang mengandung kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam waktu yang lama. Kendati cuma sedikit, tetap ada penyerapan secara intens," jelas Erni.
* Herpes
Ada berbagai jenis herpes yang bisa timbul saat hamil; herpes zoster, herpes simpleks I dan II. Herpes zoster semacam cacar air, tapi menyerang anggota badan; hanya di bagian tubuh sebelah kiri atau kanan saja. "Gejalanya muncul rasa perih dan panas di daerah kulit yang akan timbul bintik-bintik merah dan berair dalam jumlah banyak, sesuai dengan persarafan kulit. Penularannya melalui kulit penderita atau lewat udara karena mengobrol, misalnya," jelas Erni.
Herpes simpleks I menyerang daerah pinggang ke atas. Sedangkan Simpleks II menyerang pinggang ke bawah, kebanyakan pada daerah kelamin. "Biasanya karena hubungan seksual. Gejalanya sama seperti tipe I, tapi lebih sering kambuhnya."
* Andeng-andeng
Karena faktor hormonal semasa kehamilan, maka tahi lalat yang sudah ada pada wanita hamil dapat terangsang dan kemudian membesar.
Bentuk yang membesar dengan warna yang lebih gelap ini dapat mengarah pada keganasan, seperti tumor atau melanoma (kanker kulit). "Cuma kelainan kulit ini jarang sekali terjadi," terang Hasnah.
* Dermatoisitis
Merupakan radang kulit yang melibatkan jaringan ototnya sehingga lebih dalam dari lapisan kulit luarnya. "Semua tulang dan anggota geraknya pun akan terasa sakit." Biasanya manifestasinya pada kulit; tampak merah, terasa gatal, dan ada sekunder infeksi berupa nanah
.