Sarapan Pagi dan Jajanan Bergizi Meningkatkan Prestasi Anak di Sekolah - SIAPA yang tak suka jajanan? Jajanan yang berarti panganan yang dijajakan, kudapan atau makanan yang dimakan di luar waktu makan atau makanan utama menurut kamus besar bahasa Indonesia ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dari penelitian yang ada, permasalahan gizi dan kesehatan anak sekolah saat ini meningkat dibanding sebelumnya. 90 % anak, biasa jajan di sekolah, 56,8% menderita anemia, dan 40% tidak terbiasa sarapan. Banyak dari kita menganggap remeh, malas atau bahkan lupa melakukan breakfast atau makan pagi. Padahal, sarapan pagi bukan saja memberi kita energi untuk melakukan aktivitas tapi juga membuat otak bekerja lebih optimal dan tidak mudah ngantuk. Sarapan merupakan makanan khusus untuk otak, sarapan memberikan nilai positif tarhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi
Pentingnya sarapan pagi ini sangat terbukti pada anak yang makan pagi dengan makanan yang kaya akan karbohidrat komplek. Hal ini dikatakan oleh Siti Nurhadijah R.SKM, MKes pada acara 9 tahun Nutrition Academy Surabaya 2009 Seminar Gizi Sehari dengan tema “Gizi Mutakhir untuk Kecerdasan & Prestasi Belajar anak sekolah” beberapa waktu lalu di Akademi Gizi Surabaya. Anak yang melakukan sarapan pagi memiliki performa lebih baik, lebih bisa mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran, berperilaku lebih positif, ceria, kooperatif, gampang berteman dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan bagi anak yang tidak sarapan, mereka lebih cenderung tidak dapat berpikir dengan baik dan selalu kelihatan malas.
Dari anak-anak yang tidak melakukan sarapan pagi tersebut diketahui bahwa mereka memilih mengkonsumsi jajanan di luar rumah atau di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Jajanan yang kurang aman diluar seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan keamanan. Berbagai masalah kerap ditimbulkan dari ketidakpedulian orang tua terhadap makanan yang dikonsumsi anak-anak di sekolah. Selain timbulnya penyakit seperti diare atau bahkan kanker, jajanan yang tidak sehat dan bergizi juga menimbulkan penurunan angka kecukupan gizi anak. “Jajanan yang baik sebaiknya mengandung beberapa aspek seperti enak, bersih, bergizi, aman, dan menarik,” ujar Siti Nurhadijah R.SKM. Dari sebuah data SEAMEO ditemukan beberapa masalah terkait hal tersebut, yakni 56,4% berat badan kurang, 35 % pendek, 94,5% konsumsi energi dibawah angka kecukupan gizi (SEAMEO UI, 2008), akibatnya daya tahan tubuh menurun dan konsentrasi belajar menurun.
Hingga usia 12 tahun, asupan gizi seorang anak harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol. Pasalnya pada masa ini anak tengah mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat, dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan meningkat. Terlebih pada masa balita yang sangat rawan terhadap berbagai penyakit gizi seperti kurang protein, zat besi, vitamin A, yodium, dan penyakit infeksi. Studi juga telah menunjukkan, defisiensi gizi pada masa pertumbuhan anak terkait dengan berbagai penyakit yang muncul saat dewasa nanti, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, osteoporosis, dan kanker. Diperlukan bimbingan dan arahan pada siswa dalam pemilihan jajanan yang sehat, bergizi, dan aman. Orang tua sebaiknya menyiapkan dan membiasakan sarapan sebelum anak sekolah. Menyiapkan bekal sekolah dengan jajanan sehat, bergizi, dan aman
.