Anak-anak Tidak Bisa Menggerakan Matanya, Ini Ciri Kelainan Mata Anak - Hati-hati bila bayi Anda jarang menggerakkan matanya. Bisa-bisa, Si Kecil menderita kelainan pada penglihatannya. Sekitar 1,4 juta anak di dunia diperkirakan mengalami kebutaan, satu juta di antaranya tinggal di Asia dan 300.000 di Afrika dengan prevelansi mulai dari 0,3 per 1000 anak usia 0-15 tahun di negara-negara maju hingga 1,5 per 1000 anak di negara berkembang. Data dari VISION 2020 Action Plan 2006-2010 WHO juga menyebutkan bahwa 500.000 anak menjadi buta setiap tahunnya atau hampir sama dengan satu anak per menitnya.
Penyebab utama kebutaan anak adalah katarak bawaaan, kelainan refraksi seperti rabun jauh atau silindris,
retinopathy of prematurity (umumnya menimpa bayi yang lahir prematur), mata juling, tumor mata, glaukoma dan lain-lain. “Sebagian besar kondisi tersebut sebenarnya dapat ditangani dan disembuhkan jika terdeteksi lebih dini. Jika dokter mata anak menemukan gangguan pada saat pemeriksaan dini, mata anak dapat segera ditangani dan diharapkan dapat menjadi baik sebelum mulai bersekolah,” ujar
Dr. Florence M. Manurung, Sp.M, Ketua Children Eye Care Jakarta Eye Center (JEC) @ Kedoya saat perkenalan layanan Children Eye Care JEC, Sabtu (19/5) lalu di Jakarta.
Kepedulian JEC terhadap kesehatan mata anak dituangkan dalam Saturday Seminar JEC yang ke-9 dengan topik,
“All You Need to Know about Children Eye Problem.” Dihadiri para spesialis mata dari seluruh Indonesia, seminar tersebut membahas tentang berbagai kelainan mata pada anak, tanda-tandanya dan penanganannya.
Pahami Tanda-Tanda
Sebetulnya, seperti apa, sih, tahap pertumbuhan mata seorang anak? Mata anak-anak memiliki tahap pertumbuhan sendiri. Sistem penglihatan anak berkembang pesat pada 18 bulan pertama dan kemudian menjadi sempurna pada usia 5 atau 6 tahun. Pada saat lahir, bayi dapat melihat pola terang dan gelap tetapi fokus masih kabur, dan bayi dengan penglihatan normal akan merespon wajah seseorang yang menatapnya dari jarak dekat. Pada usia 4-6 bulan, bayi akan menggerakkan kepalanya untuk mengikuti objek bergerak.
Pada usia 6-8 bulan, bayi sudah bisa melihat warna secara lengkap dan kedua matanya sudah terkoordinasi dengan baik sehingga gerakan mata mulai terkontrol. Pada usia 8-12 bulan, bayi akan menggunakan kedua mata bersama-sama untuk menilai jarak dan seiring pertumbuhan anak, di usia 1-3 tahun koordinasi tangan dan mata akan meningkat.
Berbagai masalah mata dapat menimpa anak pada tiap pertumbuhannya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk dapat memahami tanda-tanda kelainan mata pada anak mereka. “Jika bayi jarang menggerakkan mata, tidak memicingkan atau menutup mata saat terkena sinar matahari yang cerah, atau kurang merespon wajah ibunya, maka ada kemungkinan bayi tersebut memiliki masalah penglihatan dengan matanya dan disarankan untuk segera periksakan ke ahli mata,” jelas Florence.
Kelainan Bawaan
Beberapa kelainan mata yang diderita anak usia di bawah satu tahun umumnya bersifat bawaan, seperti
Retinopathy of Prematurity (ROP)
, yaitu kondisi yang biasanya ditemukan pada bayi yang lahir prematur dimana retina belum terbentuk secara sempurna sehingga mudah rusak atau retina terlepas sehingga dapat menyebabkan kebutaan.
Katarak infantil, yaitu kekeruhan di mata bayi yang baru lahir, biasanya ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu yang mengidap infeksi campak Jerman atau toxoplasmosis, sementara
glaukoma kongenital, yaitu kondisi bawaan dimana tekanan bola mata anak sudah meninggi sejak lahir yang disebabkan oleh gangguan sistem aliran cairan di dalam bola mata.
Kelainan lainnya adalah
strabismus (mata juling), salah satu kelainan mata yang dapat bersifat bawaan atau disebabkan oleh penyakit lain.
Strabismus merupakan suatu kondisi dimana garis penglihatan tidak paralel, sehingga kedua mata tidak berfokus pada objek yang sama, salah satu mata dapat mengarah ke kanan, kiri, atas atau bawah sementara mata yang satunya tertuju ke arah lain.
Jika terdeteksi lebih dini,
strabismus dapat dikoreksi dengan menutup mata yang normal sehingga memaksa mata yang tidak sinkron untuk fokus. Selain itu, penggunaan kacamata dari lensa prima yang membiaskan cahaya sehingga kedua mata menerima gambaran yang hampir sama atau pembedahan dapat dilakukan untuk penyelarasan mata.
Butuh Kesabaran
Kelainan mata lain yang sering ditemukan pada anak adalah
ambliopia atau yang dikenal dengan mata malas, yaitu penurunan ketajaman penglihatan, biasanya akibat tidak tertanganinya kelainan mata ketika mata dan otak dalam masa perkembangan. Terapi
ambliopia umumnya menggunakan teknik
patching, yaitu menutup mata yang sehat dengan
patch (alat penutup mata). Pasien harus beraktivitas selama menggunakan patch karena tujuan terapi adalah melatih mata ambliopia.
Kelainan refraksi juga merupakan kasus yang banyak ditemui, dimana lensa mata tidak membiaskan cahaya dengan benar sehingga gambaran yang terbentuk terlihat kabur. Kelainan refraksi yang umum adalah rabun jauh, rabun dekat dan astigmatisma atau silindris. Dalam menangani kasus-kasus gangguan mata anak, JEC menyediakan layanan khusus anak, yaitu Children Eye Care di JEC Kedoya yang sudah beroperasi sejak April 2012. Anak-anak umumnya sulit untuk diarahkan pada saat menjalani pemeriksaan. Dibutuhkan kesabaran dan teknik tersendiri agar dokter mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat.
Selain itu, “Anak-anak juga perlu diberikan hiburan agar tidak bosan saat menunggu giliran diperiksa. Ini mendorong JEC untuk menyediakan layanan pemeriksaan mata terintegrasi bagi pasien anak dengan atmosfir yang dirancang khusus untuk mengakomodir pasien anak,” ujar
Dr. Darwan M. Purba, Sp.M, Direktur Utama JEC @ Kedoya
.