Penyebab Berat Badan Lahir Bayi Rendah Kurus Besar Gemuk - Mendapati buah hati terlahir dengan berat badan lahir rendah atau BBLR tentu tidak menyenangkan. Sebaliknya, BBLB (bayi berat lahir besar) alias montok tentu tampak lucu dan menggemaskan. Padahal berat rendah maupun berat berlebih sebetulnya sama-sama memberi risiko pada si bayi kelak. Bisakah BBLR dan BBLB dicegah? Berikut penuturan
dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, Sp.OG dari RSIA Hermina Daan Mogot, Jakarta.
APA SIH BBLB DAN BBLR?
Bayi baru lahir ditimbang segera setelah badannya dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat sampai bayi berumur 1 hari. Yang dimaksud dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang pada waktu lahir beratnya kurang dari 2.500 gram pada usia kehamilan genap bulan atau dilihat dari panjang bayi dan berat badan bayi kurang dari 10 persentil dari usia kehamilannya.
Bila diamati sekilas maka BBLR memiliki ciri tubuh kurang berisi, ototnya lembek dan kulit-nya mungkin keriput atau tipis. Pastinya tubuh bayi tampak lebih kecil dari bayi normal. Sedangkan bayi berat lahir besar (BBLB) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot 4.000 gram atau lebih dari 90 persentil dari usia kehamilan. Padahal normalnya bayi memiliki berat sekitar 2.500-3.500 gram. BBLB ini dikenal pula dengan istilah
giant baby. Umumnya kondisi
ini dapat terbawa sampai anak tumbuh dewasa.
MENGAPA TERJADI BBLR DAN BBLB?
BBLR sangat mungkin terjadi bila bayi lahir sebelum waktunya atau umur kelahiran belum mencapai 9 bulan. Selain itu dapat juga terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan namun pertumbuhan ketika dalam kandungan kurang baik akibat si ibu kurang gizi, peningkatan berat badan yang tidak optimal saat hamil, kurang darah, sering sakit, banyak merokok, penggu-naan narkoba dan alkohol atau bekerja berat. Selain itu, adanya kelainan kongenital atau kromo-som juga berhubungan erat dengan terjadinya BBLR.
Masalah pada plasenta juga berperan penting pada terjadinya BBLR, karena oksigen dan nutrisi tidak tersalurkan dengan baik. Penyakit-penyakit tertentu saat hamil yang perlu diwaspadai dapat menimbulkan BBLR adalah rubella,
toxoplasmosis, cytomegalovirus dan sipilis. Juga penyakit pada ibu seperti seperti penyakit jantung dan hipertensi.
Faktor risiko lain adalah suku, ras, etnik tertentu seperti ras kulit hitam, ibu dengan perawakan kecil juga berperan di sini. Riwayat ibu hamil yang dulu dilahirkan BBLR atau riwayat melahirkan BBLR sebelumnya, usia ibu kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun juga disebutkan sebagai faktor risiko yang harus diperhatikan.
Sedangkan untuk BBLB ada beberapa faktor yang memengaruhi:
* Ibu menderita kencing manis (Diabetes Melitus/DM)
Tingginya kadar gula darah ibu hamil penderita DM menjadikan janin berpeluang untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Apalagi bila fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka si calon bayi dapat tumbuh semakin "subur".
* Ibu memiliki riwayat melahirkan bayi besar
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan
giant baby berpeluang besar melahirkan anak kedua dan seterusnya dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
* Faktor genetik
Obesitas dan
overweight yang dialami ayah atau ibu dapat menurun pada bayi.
* Pengaruh kecukupan gizi
Makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadap bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata normal.
* Multiparitas atau melahirkan lebih dari 2 kali
Ibu yang telah melahirkan lebih dari 2 kali, umumnya saat melahirkan anak ketiga, anaknya memiliki berat yang lebih besar. Asal ibu memiliki kondisi kesehatan yang sama dengan kehamilan sebelumnya.
* Bayi laki-laki
Bayi laki-laki berpeluang memiliki berat badan yang lebih dibanding bayi perempuan.
BAGAIMANA MENCEGAH BBLR PADA MASA HAMIL?
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pastinya si ibu melakukan pemeriksaan rutin semasa kehamilannya atau yang dikenal pula dengan istilah
Ante Natal Care (ANC). Berikut beberapa hal yang patut mendapat perhatian:
* Hendaknya makan lebih sering atau lebih banyak. Lebih diutamakan asupan nutrisi yang memadai.
* Lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali pada masa kehamilannya.
Bila kenaikan berat badannya kurang dari 1 kg per bulan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan yang ahli.
* Mengonsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet per hari. Lakukan minimal sebanyak 90 tablet. Mintalah tablet zat besi saat berkonsultasi dengan yang ahli.
* Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa kehamilan. Beristirahatlah yang cukup dan tidur lebih awal dari biasanya.
* Hindari rokok, alkohol dan narkoba.
* Menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit 2 tahun.
BAGAIMANA MENCEGAH BBLB PADA MASA HAMIL?
Seperti halnya pada BBLR maka kunci untuk mencegah BBLB adalah melakukan peme-riksaan rutin semasa hamil atau ANC. Melalui pemeriksaan rutin ini maka berat badan janin dan ibu dapat lebih dikontrol.
Hal lain yang patut mendapat perhatian adalah:
* Lakukan skrining pemeriksaan darah termasuk gula darah pada trimester I dan III. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui, apakah si ibu berisiko terkena diabetes atau tidak. Selain tentunya juga dengan memerhatikan riwayat keluarga. Bila hasil pemeriksaan glukosa toleransi tes (GTT) di atas 140 mg/dl, maka ibu bisa dinyatakan positif menderita diabetes. Sebab wanita diabetesi berpeluang memiliki BBLB. Bila Anda menderita diabetes, usahakan untuk mengontrol kadar gula darah, konsultasikan ke dokter Anda tentang diet diabetes dan perlukah penggunaan insulin.
* Kurangi makanan yang menjadi pemicu naiknya gula darah, terutama pada wanita hamil yang menderita diabetes. Seperti makanan yang manis-manis, berlemak, goreng-gorengan dan yang mengandung kolesterol tinggi.
* Jagalah berat badan semasa kehamilan. Kenaikan berat badan yang berlebihan dapat menjadi pemicu BBLB. Kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 7,5 kg sampai 10 kg. Namun bagi yang telah memilki berat badan berlebih sebaiknya berkisar antara 711,5 kg.
APA RISIKO BBLR?
BBLR umumnya kerap mengalami gangguan. Apalagi bila perawatan di tahun pertama kelahirannya kurang baik. Ini dapat berdampak hingga ia tumbuh menjadi besar. Berikut beberapa risiko yang mungkin muncul:
* Lemah dan mudah kedinginan karena lapisan lemak bawah kulitnya sangat tipis.
* Mudah letih, karena sering tersedak sewaktu menyusu dan malas mengisap. BBLR harus minum ASI lebih sering supaya beratnya menjadi normal.
* Mudah terkena penyakit.
* Mudah terkena gangguan pernapasan.
* Bila terkena penyakit berisiko fatal.
APA RISIKO BBLB?
Untuk BBLB ada beberapa risiko yang mesti diwaspadai, berikut di antaranya:
* Rendah kadar gula darah
Penting dilakukan pemeriksaan kadar gula darah saat dilahirkan. Khususnya pada bayi dengan berat lahir lebih dari 3,9 kilogram yang dilahirkan dari ibu penderita DM. Tujuan agar kadar gula darah bayi tidak
drop begitu ia lahir akibat terhentinya suplai makanan dari sang ibu melalui plasenta. Kalau kadar gulanya memang rendah, bayi akan diberi cairan yang mengandung kadar gula tertentu. Umumnya dalam waktu 24 jam kondisinya akan kembali normal.
* Obesitas
Bayi yang mengalami obesitas akan berdampak kurang baik terhadap fungsi-fungsi organ tubuhnya. Jika ayah/ibu mengalami obesitas maka si kecil berpeluang 50% mengalami kondisi yang sama. Meski begitu, tidak semua bayi
overweight pasti tumbuh menjadi anak obesitas. Ada yang berat badannya justru jadi normal atau malah jadi kurus. Semua ini bergantung pada pola makan dan banyaknya aktivitas yang dijalani.
* Keterlambatan kemampuan bergerak
Kegemukan pada bayi dapat menghambat gerakannya. Karenanya, ada bayi gemuk yang mengalami keterlambatan perkembangan. Untuk itu, mesti rajin-rajin distimulasi. Bentuk stimulasi yang diberikan sama dengan bayi-bayi lain, hanya harus lebih sering.
* Kemungkinan seksio sesaria meningkat pada ibu.
Janin yang terlalu besar, apalagi beratnya mencapai 4.000 gram atau lebih maka disarankan melakukan seksio sesaria. Kalaupun ingin dilahirkan secara spontan memiliki risiko waktu persalinan yang semakin lama atau terjadinya kemacetan saat melahirkan bahu bayi
.