Bolehkah Memberi Anak Minum Soft Drink Minuman Bersoda Cola? - "Dok, boleh enggak, sih, anak saya baru tiga tahun minum soft drink? Kata orang,
soft drink bahaya buat anak karena mengandung soda, benar begitu, Dok?" tanya Ibu Ina di ruang konsultasi dokter. Pertanyaan Ibu Ina mungkin sering pula menjadi pertanyaan bagi ibu-ibu lainnya. Soalnya, banyak anak suka minum soft drink maupun minuman kemasan lainnya.
Jika minumnya hanya sekali-kali, menurut
Dr. Ir. Ali Khomsan, tak masalah. "Tapi jangan dijadikan kebiasaan dan kebutuhan sehari-hari, ya," pesan ahli gizi dari Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB ini. Pasalnya,
soft drink yang sebenarnya merupakan bagian dari pola budaya Barat, hanya lebih bersifat sebagai minuman penyegar. Sementara minuman yang dikonsumsi anak, selain sifatnya menyegarkan dan menambah cairan, sebaiknya juga yang bernutrisi. Artinya, ada komponen gizinya. Nah, pada
soft drink, kandungan yang diandalkan cuma kalori dan kadang-kadang kafein.
MEMUNCULKAN GEJALA STRES
Sebagaimana kita tahu, kafein akan merangsang denyut jantung sehingga menimbulkan efek terjaga. Itulah mengapa, kalau kita mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, kita jadi merasa lebih bergairah dan segar dibanding minuman yang tanpa kafein. Tapi, bukan berarti tak ada efeknya, lo. Apalagi bila kita mengkomsumsi kafein dengan kue yang banyak mengandung gula di pagi hari, bisa memunculkan gejala stres. Hal ini sudah dibuktikan lewat penelitian. Soalnya, terang Ali Khomsan, konsumsi gula yang tinggi dari kue akan menguras berbagai vitamin B. "Nah, kalau vitamin B terkuras, yang muncul adalah gejala stres, dimana orang mudah terusik atau teriritasi." Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein dan gula, berarti Bapak dan Ibu menyiapkan hari si kecil dengan stres. Kasihan, kan!
MASIH AMAN, KOK
Namun demikian,
soft drink maupun minuman kemasan lainnya masih tergolong aman untuk dikonsumsi anak. Sekalipun
soft drink, selain mengandung kafein, juga mengandung soda. "Biasanya soda tersebut diperkaya dengan karbondiokside yang menimbulkan busa. Tapi tarafnya masih aman, kok," kata Ali Khomsan. Beberapa
soft drink biasanya juga mengandung vitamin C, misalnya, soft drink rasa jeruk. Masalahnya, minuman kemasan, termasuk soft drink, biasanya disimpan dalam suhu kamar selama sekitar 2 bulan. Misalnya, disimpan di rak penjualan dan belum laku dalam waktu lama. Nah, hal ini membuat kadar kehilangan vitamin C-nya bisa tinggi.
"Vitamin C itu, kan, paling sensitif untuk mengalami kerusakan. Misalnya, karena ekspos sinar matahari." Kemasan dalam botol, misalnya, bisa kehilangan kandungan vitamin C-nya sampai 70 persen. Itulah mengapa, Ali Khomsan menyarankan, sebaiknya membeli yang disimpan di refrigerator. "Meski terjadi kerusakan, tapi tidak tinggi." Oh ya,
soft drink dan minuman kemasan lainnya, bisa dipastikan juga mengandung bahan pengawet. Tapi untuk yang satu ini, Bapak-Ibu tak perlu khawatir. Soalnya, bahan pengawet tersebut aman dan memang sudah diijinkan. Jadi, bahan pengawet dalam
soft drink enggak ada bahayanya.
ANAK JADI OBESITAS
Sisi positif lain dari
soft drink ialah kandungan kalorinya. Menurut penelitian, kutip Ali Khomsan, pemenuhan kebutuhan kalori anak seringkali lebih sulit daripada pemenuhan kebutuhan protein. Akibatnya, banyak anak yang kekurangan kalori daripada protein. "Nah,
soft drink bisa bernilai positif dalam hal pemberian kontribusi kalori. Jadi, sebagian kebutuhan kalori pada anak bisa disubstitusi dari
soft drink." Disamping itu,
soft drink dan berbagai jenis minuman juga bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan cairan anak. "Kita, kan, tinggal di daerah khatulistiwa yang tropis, sehingga cairan yang keluar harus diantisipasi dengan minum cukup.
Kalau seorang anak hanya minum air putih, kadang ia menjadi malas minum. Nah, variasi produk-produk minuman, termasuk
soft drink itu positif untuk membentuk pola minum yang baik," terang Ali Khomsan. Hanya saja, perlu Bapak-Ibu ingat, karena kandungan
soft drink yang terutama adalah kalori sementara unsur gizi lainnya tak ada, maka
soft drink juga bisa mempengaruhi berat badan anak. "Anak bisa menjadi obesitas, lo."
Meskipun belum ada penelitian soal ini, namun sudah menjadi suatu kekhawatiran, apalagi jika minum
soft drink sudah menjadi kebiasaan. Akibat lebih jauh, setelah dewasa anak bisa terserang jantung koroner dan stroke. "Tapi tentu dalam jangka panjang. Setelah timbul masalah kegemukan, kemudian terjadi penyumbatan pembuluh darah, baru kemudian jantung dan stroke," terang Ali Khomsan.
SALAH ORANG TUA
Nah, sekarang Bapak dan Ibu sudah lebih paham, kan? Jadi, kita tak bisa bilang bahwa
soft drink itu jelek sekali atau baik sekali. Di satu sisi
soft drink memang tak begitu bagus, namun di sisi lain
soft drink juga punya kelebihan. Yang penting, tekan Ali Khomsan, jangan berlebihan minum
soft drink. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan kerap berdampak negatif? Jadi, sepanjang minum
soft drink tak menjadi kebiasaan si kecil, Bapak dan Ibu enggak usah terlalu khawatir. Tentu saja, akan lebih baik bila Bapak-Ibu menyediakan minuman yang selain bersifat menyegarkan, juga mengandung nutrisi seperti susu atau
orange juice.
Pada
orange juice, kandungan vitamin C-nya bisa sampai 50 mg, lo. Ini cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin C pada anak, karena anak membutuhkan vitamin C sekitar 45 mg per hari. Bila si kecil maunya hanya minum
soft drink, jangan-jangan kesalahannya ada pada Bapak dan Ibu. Bukankah pola makan dan minum anak dibentuk oleh orang tua? Jadi, kalau setiap hari kita selalu menyediakan
soft drink, ya, enggak heran bila si kecil akhirnya minum
soft drink melulu. Orang tua yang baik, kata Ali Khomsan, tentunya bisa mengatur kapan anak minum
soft drink. "Bila perlu, orang tua bisa mengarahkan anaknya untuk memilih minuman yang lebih bergizi."
Lain hal bila orang tua hanya sekadar untuk mengenalkan dan frekuensinya pun enggak terlalu sering. Apalagi anak-anak di bawah usia 2 tahun, makanannya masih sangat dikontrol ibunya. Nah, ibu yang baik tentunya akan memberikan segala sesuatu yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan anaknya, bukan? Di sinilah pentingnya orangtua mengenalkan makanan yang benar-benar mengandung gizi seimbang sehingga tak menimbulkan masalah kesehatan, termasuk dalam pemilihan minuman.
Jangan pula dilupakan, orang tua adalah individu yang ditiru anak. Jadi, kebiasaan makan orang tua juga akan menentukan kebiasaan makan anak. Tapi, sebagai orang tua, kita, kan, tetap memiliki kekuatan untuk mengarahkan anak memilih makanan atau minuman yang jauh lebih baik. Nah, agar kita bisa mengarahkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak, maka kita harus cukup sadar gizi. Jadi, kita perlu selalu meng-
up date diri dengan pengetahuan agar bisa menjaga keluarga dengan baik dari aspek kesehatan dan gizi. Bagaimanapun, pembentukan pola makan yang baik dan perbaikan gizi berasal dari keluarga. Bukan begitu, Bu-Pak?
IMBANGI KEGEMUKAN DENGAN AKTIFITAS FISIK
Di atas telah dikemukakan, bila mengkonsumsi
soft drink dijadikan kebiasaan bisa berdampak pada obesitas atau kegemukan. Padahal, bila anak kegemukan dan mengembangkan pola makan yang jelek, maka untuk mengatasi masalah berat badan akan menjadi lebih sulit. Akibatnya, kegemukan ini bisa menetap sampai ia dewasa. Akibat lain, obesitas bisa membuat anak perempuan mengalami haid lebih awal. "Jadi, ia akan mengalami dewasa kelamin lebih dulu," tukas
Ali Khomsan.
Namun yang lebih banyak muncul adalah dampak sosial. "Anak menjadi lambat atau malas. Ia lebih menikmati kegiatan yang ringan karena badannya yang kegemukan. Masalah sosial ini lebih sering dialami pada saat anak remaja, meski kelak masalah kesehatan yang akan lebih menonjol saat ia dewasa." Nah, bila si kecil sampai kelebihan berat badan, selain Bapak dan Ibu perlu mengurangi konsumsi soft drink-nya, juga harus diimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi. Banyak, lo, anak yang tampak kegemukan waktu balita, tapi kemudian berat badannya normal saat dewasa karena aktivitasnya yang tinggi.
PERLU MELIHAT LABEL GIZI
Biasanya kalau membeli makanan atau minuman kemasan, kita cenderung lebih memperhatikan tanggal kadaluarsanya dibanding kandungan gizinya. "Padahal, di luar negeri, tanggal kadaluarsa merupakan tanggung jawab produsen, bukan konsumen. Jadi, kalau produsen sampai berani menjual barang yang sudah kadaluarsa, mereka bisa dituntut,"
tutur Ali Khomsan. Jadi, Bu-Pak, sebaiknya perhatikan juga label gizi pada kemasan soft drink ataupun minuman kemasan lainnya yang hendak dibeli.
"Label gizi biasanya mencantumkan kandungan gizi yang ada dalam produk, lalu bandingkan dengan angka kecukupan Gizi yang dianjurkan oleh RDA atau
Recommended Dietary Allowances.. Jadi kalau seseorang minum sesuatu, ia akan tahu berapa kontribusi yang diperolehnya sesuai RDA-nya. Di Indonesia RDA memang belum menjadi acuan bagi komposisi label gizi. Paling hanya disebutkan minuman tersebut mengandung zat X sekian, dan seterusnya. Sementara kita enggak pernah tahu kebutuhan gizi kita berapa. Tapi jangan salah, lo, Bu-Pak, semakin tinggi kandungannya belum tentu semakin baik.
MENGENAL VARIASI MINUMAN
Minuman, dalam arti luas, banyak ragamnya
. Kita mengenal susu sapi, susu kedelai, kacang hijau, sereal, jus dengan beragam variasi dari berbagai jenis buah-buahan, dan aneka
soft drink. "Yang terbaik tentunya nutritious drink daripada minuman yang hanya mengandung kalori," kata
Ali Khomsan. Jadi, bila Bapak dan Ibu ingin menjadikan habit, lebih baik memilih
nutritious drink selain
soft drink. Disamping penting dari segi pemenuhan gizi, beragam jenis minuman tadi juga penting untuk menciptakan selera yang baik bagi anak.
Variasi minuman akan membuat anak mengenal berbagai jenis minuman. Kalau tidak dikenalkan dan hanya mengenal satu jenis minuman, seumur-umur anak hanya mau minum satu jenis minuman. Misalnya, anak cuma doyan
soft drink. "Ini, kan, enggak baik. Tapi, kalau anak mengenal variasi banyak minuman, selain tak bosan, anak juga tak menjadi terlalu selektif dalam hal minuman. Apapun yang ada di depannya, ia doyan, sehingga pola makannya pun akan berkembang baik."