Cara Mencegah Penyakit Diare dengan Minum Prebiotik - Prebiotik merupakan produk alami yang berasal dari zat pati tanaman  atau fructooligosakarida (FOS).Kendati di Indonesia tergolong baru,  sebenarnya prebiotik sudah lama ditemukan. Yang pertama kali  mengembangkannya adalah Hidaka, peneliti Jepang, pada 1983. "Malah sejak  tahun 84-85, Jepang sudah membuatnya secara komersial dan  diperdagangkan," kata Prof. Dr. Ir.Betty Sri Laksmi Jenie, MS, ketua  program studi Ilmu Pangan Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Jadi, sudah ada formula prebiotik yang dijamin keamanannya dan bukan  lagi berupa ingridient atau bagian dari campuran bahan makanan,  melainkan sudah sebagai makanan prebiotik. Sementara di Indonesia, masih  dalam bentuk ingridient. "Untuk bentuk makanan, sepertinya baru akan  dikembangkan oleh industri makanan, terutama industri susu dan makanan  bayi yang mencampurkan prebiotik ke dalamnya. Hal ini bisa dilihat dalam  ingridien kemasannya, biasanya terdapat tulisan Prebio," lanjut Betty.
Malah untuk selanjutnya, bisa jadi prebiotik juga akan dijumpai dalam  bentuk infus atau transfusi. Di Amerika, kata Dr. Karel Al Staa,  spesialis anak dari Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, ada produk bernama  Vistrum, suatu imun dan suplemen bernutrisi yang menggunakan prebiotik.  "Juga dalam bentuk vitamin natural atau herbal yang diberi nama  Inuflora. Selain itu, ada juga Proventra, yang terdiri dari kombinasi  probiotik dan prebiotik," tuturnya pada kesempatan berbeda.
HARUS TETAP UTUH
Menurut Karel, prebiotik bisa dijumpai dalam berbagai tanaman seperti  pisang, asparagus, bawang putih, bawang bombay, tomat, serealia (gandum  dan biji-bijian lain), susu sapi, yoghurt, dan madu. Pendapat senada  juga dikemukakan oleh Betty, "Pada tanaman dan hampir semua buah juga  ada kandungan prebiotik, cuma jumlahnya tak terlalu besar."
Namun demikian, bukan berarti kalau kita makan tanaman-tanaman  tersebut secara alami akan didapat bahan prebiotik seperti yang  diharapkan. Soalnya, tak bisa dijamin kadar konsentrasi dari bahan  makanan yang kita makan. "Tebu, misalnya. Bila diperas airnya bisa saja  yang didapat encer. Jikapun sudah dalam bentuk gula, maka glukosa dan  fruktosa dari bahan ini juga mudah diserap usus, hingga begitu sampai  usus besar, bahan prebiotiknya sudah habis," tutur Betty.
Padahal, bahan prebiotik yang kita makan harus tak bisa diserap  ketika melewati usus kecil atau harus tetap utuh, hingga di usus besar  dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan bakteri baik yang ada di  dalamnya. Dengan makin banyak bakteri baik di usus besar, berarti daya  tahan tubuh pun jadi lebih baik. Sebab, bakteri ini akan menghasilkan  asam laktat hingga menambah tingkat keasaman dalam usus.
Nah, tingkat keasaman yang tinggi ini akan membuat bakteri jahat yang  menyebabkan diare, kolera, disentri, dan penyakit perut lainnya, tak  tahan dan banyak yang mati. "Walaupun sebenarnya, bila anak dalam  keadaan sehat dan makanannya baik, bakteri jahat tak akan berkembang,"  tambah Betty.
PROBIOTIK
Jadi, bila bakteri jahat yang dominan dalam usus, maka bisa  menyebabkan sakit diare, bahkan sampai pada penyakit pencernaan yang  lebih berat semisal kanker.
Bakteri baik, terang Karel, dinamakan juga probiotik. "Awalnya, yang  dikembangkan adalah probiotik. Probiotik yang biasa digunakan adalah  lactobacilli dan bifidobacteria, karena kedua jenis bakteri ini tahan  atau tetap hidup dalam tingkat keasaman di usus, sehingga dia tumbuh dan  mengeluarkan bahan-bahan yang mendukung kesehatan."
Probiotik sejak 30 tahun lalu sudah diproduksi di Indonesia dalam  bentuk yoghurt atau susu asam. Susu ini dibuat dengan memasukkan bakteri  atau organisme yang berguna, yang dalam waktu tertentu tumbuh dan  berkembang, hingga membuat susu jadi asam. Organisme ini akan membantu  organisme dalam usus untuk membantu pencernaan sewaktu diare. Di Amerika  ada produk-produk khusus fermentasi dari kuman-kuman yang sudah  diproses.
Namun, pemberian yoghurt sebaiknya dilakukan bila pencernaan anak  sudah mendekati sempurna, yaitu jika hampir setahun. "Lebih amannya,  yoghurt dikonsumsi usia balita," kata Betty. Sebab, walaupun rasa asam  di yoghurt tak berbahaya, karena di daerah pencernaan sendiri tingkat  keasamannya sangat rendah, namun yang dikhawatirkan justru ketika  melalui daerah mulut dan dinding-dinding usus. "Saluran ini lebih  sensitif. Akibat rasa asam, dikhawatirkan terjadi iritasi."
Itulah mengapa, khusus untuk bayi, demi menjaga segala kemungkinan,  tentunya bahan yang diberikan diusahakan sealamiah mungkin. "Jadi, bukan  bakterinya yang dimasukkan ke tubuh bayi atau anak, tapi justru  probiotik atau bakteri yang sudah ada di dalam perutnya itulah yang  ditumbuhkan untuk berkembang biak semakin banyak," lanjut Betty. Nah,  bahan untuk menumbuhkembangkannya ini berasal dari makanan yang  mengandung prebiotik tadi.
MENYEMBUHKAN DIARE
Selain menumbuhkan probiotik atau bakteri baik dalam usus bayi,  terang Karel, produk makanan yang mengandung prebiotik juga berguna  untuk membunuh kuman-kuman yang tak perlu, memiliki penangkal atau  penetralisir efek samping antibiotik, dan mencegah infeksi. "Jadi,  sangat membantu fungsi pencernaan. Bila fungsi pencernaan baik, tentunya  proses penyerapan zat gizi pun menjadi baik pula. Secara keseluruhan,  daya tahan tubuh jadi baik, hingga bayi akan tumbuh kembang dengan baik  pula."
Itulah mengapa, Karel amat menganjurkan produk makanan dengan  prebiotik diberikan pada bayi dan anak, terutama yang pencernaannya  terganggu seperti sering diare, mual, muntah, mencret, dan lainnya.  Apalagi di Jepang, seperti dipaparkan Betty, bahan prebiotik sudah lama  digunakan sebagai komponen untuk membantu penyembuhan diare.
Namun, bukan berarti setelah makan bahan makanan prebiotik, diarenya  bisa langsung sembuh, lo. Melainkan butuh waktu 1-2 hari untuk memproses  bakteri yang baik, tergantung berat-ringan diarenya. Jika diarenya baru  saja dan belum terlalu lama, misal, setengah hari, mungkin bisa lebih  cepat setelah diberi prebiotik.
SEJAK USIA 4 BULAN
Kendati prebiotik amat dianjurkan buat bayi/anak yang pencernaannya  terganggu, tak berarti bayi/anak yang tak bermasalah dengan  pencernaannya tak perlu prebiotik. Bukankah prebiotik sangat baik untuk  pencernaannya?
Itulah mengapa, Karel menyarankan agar pemberian bahan makanan  prebiotik dimulai sejak usia 4 bulan (atau 6 bulan untuk bayi yang  mendapat ASI ekslusif), yaitu ketika mulai makan makanan tambahan.  "Paling mudah dan efektif, pemberian prebiotik pada bayi adalah di susu.  Selain karena bayi relatif masih minum susu, juga lebih rentan."
Namun pemberian ASI jangan dihentikan, lo. Apalagi dalam ASI juga ada  komponen prebiotiknya. Itu sebab, bayi yang diare dianjurkan untuk  tetap diberikan ASI. Selain itu, kekurangan cairan dan diarenya juga  akan lebih lambat ditahannya. "Setelah ASI tak diberikan, barulah  dipilih susu formula yang ada prebiotiknya."
Dari hasil penelitian terbukti, bayi yang sering diberi makanan  mengandung prebiotik, kemungkinan mengalami diare jauh lebih kecil.  "Jadi, pemberian prebiotik ini merupakan upaya pencegahan," tandas  Karel.
TAK ADA EFEK SAMPING
Tentang dosis pemberiannya, untuk bayi dan anak disesuaikan BB-nya.  "Umumnya untuk dewasa 10 gr per hari. Berarti untuk bayi jauh lebih  kecil, sekitar 167 mg per hari," bilang Betty.
Kendati demikian, meski dikonsumsi secara berlebihan pun tak ada efek  sampingnya. "Bukankah prebiotik berasal dari bahan alam dan bukan zat  kimia?" Selain itu, bahan prebiotik tak bisa dicerna oleh tubuh. Hingga,  bila kelebihan, akan dibuang oleh tubuh. "Jadi, sekaligus juga membantu  pelepasan. Dengan demikian, fungsinya hampir sama seperti serat, yang  membantu memudahkan BAB."
Menurut Betty, anak yang kelebihan prebiotik, akan mengeluarkan  banyak gas serta tinjanya lunak dan cenderung berair. Itulah mengapa,  prebiotik juga sering digunakan untuk menyembuhkan sembelit. "Normalnya,  tiap hari kita BAB satu kali. Jika lebih hingga 3 kali dalam sehari pun  masih dianggap normal. Namun demikian, diare yang 2-3 kali dalam sehari  masih lebih baik daripada sembelit. Kotoran itu, kan, bahan beracun  buat usus, jadi tak boleh lama-lama. Paling lama 24 jam, sesudahnya  harus dibuang."
Jadi, tak ada salahnya bila kita ikuti anjuran kedua pakar di atas, ya, Bu-Pak?
.