Penyakit Keputihan Bisa Membuat Sulit Hamil Susah Hamil -
Anda mengalami keputihan? Hati-hati, lo, itu kan salah satu pertanda infeksi vagina. Secara alamiah, setiap bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam cairan atau lendir. Demikian pula vagina. "Dalam keadaan normal, cairan yang keluar berwarna bening, jumlahnya tidak berlebihan, dan tak berbau," terang
dr. Nurwansyah, Sp.OG dari RSB Asih, Jakarta Selatan.
Nah, bila vagina terinfeksi, cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan, timbul gatal-gatal dan bintik-bintik seperti biang keringat di daerah sekitar vagina.
Gejala awal infeksi vagina memang keputihan. "Namun, bukan berarti semua wanita yang mengalami keputihan terinfeksi vagina, lo," Karena penyebab keputihan bisa infeksi vagina maupun noninfeksi. Yang noninfeksi biasanya karena ada gangguan hormonal, benda asing, atau adanya keganasan, misalnya kanker rahim. "Keputihan patut diwaspadai jika berbau, timbul iritasi kemerahan di permukaan kulit luar kemaluan, dan terjadi infeksi sekunder. Artinya, kuman di luar ikut
nimbrung di kulit sehingga timbul luka atau abses bernanah di sekitarnya."
SPESIFIK DAN NON SPESIFIK
Yang perlu diketahui, infeksi vagina terdiri atas 2 jenis, yaitu infeksi vagina nonspesifik dan spesifik. Penyebab nonspesifik biasanya bakteri dan kuman-kuman biasa yang tak bisa ditentukan jenisnya. Sedangkan infeksi spesifik antara lain disebabkan virus, parasit, akibat hubungan seksual, dan kuman seperti
coccus (bakteri berbentuk bulat atau oval). "Jadi, spesifik atau tidaknya tergantung faktor penyebabnya. Yang kerap terjadi, penyebabnya bakteri dan parasit."
Infeksi spesifik yang kerap ditemui adalah
Trichomonas vaginitis. Infeksi ini disebabkan
parasit flagella, jenis parasit berambut dan sebelumnya tak ada pada wanita tersebut. Disebut vaginitis karena sudah
itis (terjadi peradangan/infeksi).
Flagella, tutur Nurwansyah, menjadi aktif karena ditularkan dari pasangannya atau ada fenomena "ping-pong". Karena itu, infeksi ini dikelompokan pada
sexual transmitted disease (penyakit akibat hubungan seksual). "Bisa jadi 'kepunyaan' suami tak dibersihkan, sehingga masih ada kuman-kuman di kulitnya. Nah, kala mereka bersanggama, maka istri pun ketularan." Bisa pula terjadi sebaliknya, istri kurang menjaga kebersihan, suami tertular saat bersanggama. Ciri infeksi ini, terang Nurwansyah, cairan yang keluar sangat berbau busuk dan berbentuk seperti susu bubuk berwarna kecokelatan. Tak heran jika infeksi jenis ini sangat mengganggu si penderita. Lain lagi apabila di daerah vagina ditemukan pertumbuhan seperti kembang kol, infeksi ini disebabkan virus
Condyloma acuminata.
Selain
Trichomonas, adakalanya ditemui infeksi lain seperti
gonorhea (kencing nanah) dan sifilis. "Penyakit-penyakit tersebut termasuk spesifik karena kumannya tak biasa atau seharusnya tak ada. Jika suaminya menderita penyakit ini dan tak sembuh sempurna, maka bisa menular pada istri." Kuman TBC pun termasuk salah satu penyebab infeksi spesifik. "Penderita TB menularkannya pada pasangannya lewat hubungan oral seks."
Pada infeksi nonspesifik, jenis yang paling kerap ditemui adalah
Bacterial vaginosis akibat
Gardnerella vaginalis dan
Mycoplasma hominis. Tapi, infeksi jenis ini tak terlalu berbahaya dibandingkan
Trichomonas, karena hanya inflamasi berupa reaksi jaringan terhadap infeksi ditandai dengan rasa panas, kemerahan, dan nyeri.
Yang pasti, infeksi bakterial vaginosis tergolong
nonsexual transmitted disease (bukan penyakit akibat hubungan seksual). Ciri umum infeksi jenis ini, keputihan yang berwarna kuning kehijauan.
Sebenarnya, terang Nurwansyah, secara normal dalam tubuh wanita terdapat bakterial vaginosis. "Namun dalam keadaan tertentu, bakteri ini menjadi lebih aktif. Salah satu faktor pencetusnya, sanggama terlalu sering." Bisa juga karena terlalu sering membersihkan vagina dengan menyemprotkan obat-obatan antiseptik. Sebab, jika vagina terlalu sering dibersihkan, maka bakteri
lactobacillus (penyeimbang) akan mati. "Sehingga kuman
gardnella atau
mycoplasma akan menjadi lebih aktif dan terjadilah gangguan," jelas Nurwansyah.
Seringpula infeksi disebabkan ada jamur kandida atau kandidosis, misalnya
Vulvovaginal candidiasis. Tapi, infeksi akibat jamur ini lebih ringan dibanding
Trichomonas. Kelompok jamur ini bisa berada di mana-mana, seperti di kaki, kulit, dan sebagainya. "Reaksinya berupa keluarnya cairan seperti susu kental putih atau seperti keputihan. Biasanya tak berbahaya dan mudah diobati. Infeksi ini banyak sekali terjadi pada wanita," terang dokter yang juga berpraktek di RSAB Harapan Kita.
MENJADI PENYULIT HAMIL
Ringan atau berat, infeksi vagina jangan dianggap enteng, karena dampaknya memang tak sedikit. Jika terinfeksi sebelum hamil, maka ia bisa saja tak bisa hamil atau sulit hamil. "Jadi, wanita menikah yang tak kunjung hamil, perlu dipikirkan adanya faktor infeksi seperti ini. Kendati, tentu saja ini bukan satu-satunya faktor penyulit," tutur Nurwansyah.
Bila infeksi terjadi saat hamil bisa menyebabkan keguguran pada trimester pertama kehamilan. "Bila kehamilan bisa dipertahankan dan infeksi naik ke atas, maka bisa mengganggu pertumbuhan janin." Entah itu otak jadi kecil atau tak berkembang, tempurung tengkorak tak terbentuk, saluran pencernaan terinfeksi karena
asites (tertimbunnya cairan dalam rongga perut) dan sebagainya. Namun, akibat paling sering adalah kelahiran prematur.
Umumnya, terang Nurwansyah, infeksi vagina menyerang wanita usia reproduksi, terutama wanita menikah. "Salah satu faktor pencetusnya masalah sanggama. Ini yang dikelompokkan dengan penyakit akibat hubungan kelamin. Terutama suami yang terinfeksi atau sanggama terlalu sering, sehingga menimbulkan keputihan pada wanita." Bukankah dalam bersanggama suami mengeluarkan cairan, sehingga terjadi
alkalinisasi (lingkungannya berubah) atau terjadi pembasaan. Hal ini akan merangsang bakterial vaginosis menjadi aktif.
Infeksi vagina juga bisa menimbulkan komplikasi. Bila infeksi sampai ke dalam rahim bisa mengakibatkan
endometritis (infeksi rahim). Gejalanya sering terjadi perdarahan tanpa sebab, semisal belum waktunya menstruasi sudah ada bercak darah, timbul nyeri, panas di perut, serta sering kram rahim.
Akan lebih parah bila infeksi tersebut sampai ke saluran telur karena akan terjadi penyumbatan dan abses. Bila berbentuk cairan atau kista biasanya tak menimbulkan masalah. "Namun, kalau ada kuman dan bernanah akan mengakibatkan
tubo ovarial abses, yaitu abses akibat tuba dan indung telur. Hal inilah yang mengakibatkan ibu sulit hamil." Gejalanya biasanya terasa nyeri yang hebat di bagian bawah, menstruasinya kacau (dalam arti, perdarahan sering muncul di luar siklus haid), panas dan nyeri yang dominan.
Bukan tidak mungkin pula akan terjadi
sepsis, jika infeksi naik lagi ke atas. Kuman masuk ke dalam pembuluh darah. "Nah, bila ini terjadi, taruhannya kematian." Gejalanya panas tinggi, mulai sakit-sakit, ada tanda-tanda infeksi, tekanan darah turun, shock, dan kematian. Namun, terang Nurwansyah, jarang sekali terjadi yang demikian. Perlu waktu sekitar 2-3 bulan untuk sampai terjadi infeksi tuba ovarial, bahkan bisa 6 bulan. "Tentunya ini tergantung jenis kuman dan kondisi ibu. Kalau sudah sampai tuba ovarial dan tidak diobati, dalam waktu 2-3 minggu bisa terjadi sepsis," terang Nurwansyah.
PERLU PENANGANAN DOKTER
Karena gejala awalnya berupa keputihan, sadar atau tidak kita sering mengabaikan infeksi vagina. "Terkadang karena tingkat kesadaran yang belum baik atau karena masalah finansial, wanita tersebut belum merasa perlu datang ke dokter. Ia belum mengganggapnya sebagai suatu infeksi yang memerlukan bantuan dokter." Kadang wanita menganggap cukup diatasi cara tradisional dengan menggunakan rebusan daun air sirih untuk membersihkan vagina. Ada pula yang menggunakan semacam alat penyerap air berupa kapur batangan yang dimasukkan ke dalam vagina, dengan harapan agar tak "becek". "Padahal itu belum tentu steril, kan?"
Nah, untuk amannya, seharusnya meminta bantuan dokter. Dengan pemeriksaan medis sekaligus dapat diketahui penyebab keputihan tersebut, karena infeksi atau bukan.
Walaupun demikian, terang Nurwansyah, untuk mendiagnosta terinfeksi tidaknya vagina memang tidak mudah. "Harus diambil cairannya, kemudian dikirim ke laboratorium untuk dibiakkan. Ini bisa memakan waktu sepuluh hari sampai dua minggu." Sementara untuk mengobati infeksi tersebut, dokter akan melihat dari gejalanya, baru diberikan obat atau penanganan lebih lanjut yang tepat. "Penanganannya bisa berbeda-beda. Tergantung dari jenisnya." Untuk bakterial vaginosis, trichomonas ataupun kandida, hampir sama dengan pemberian obat kelompok
metronidazole (obat anti jamur). Obat-obat ini umumnya dipasarkan dengan merek dagang tertentu. Ada obat yang diminum, ada pula yang berupa salep. "Jadi, sasarannya pada dua tempat, yaitu penyembuhan dari dalam dengan cara meminum obat dan penyembuhan dari luar dengan cara dioleskan dengan salep." Namun, infeksi vagina akibat
Condyloma acuminata harus dilakukan tindakan operasi karena adanya pertumbuhan seperti kembang kol.
Sedangkan bila infeksi berupa kuman gonorhea (kencing nanah) yang berwarna kuning keputihan, maka harus diberikan pula obat antibiotik, dengan cara diminumkan atau disuntikkan. Pengobatan ini biasanya dilakukan selama seminggu sampai dua minggu. Tergantung jenis obat yang digunakan dan penyakitnya. "Pada dasarnya semua jenis infeksi vagina bisa sembuh. Dengan catatan, pasangannya pun harus diobati. Tentunya jika infeksi itu karena faktor yang ditularkan lewat hubungan seksual. Namun bila infeksi itu karena bakterial vaginosis, maka perlu pula diperhatikan cara-cara perawatan vagina yang benar," ungkap Nurwansyah.
Kendati bisa diobati, terang Nurwansyah, yang paling penting justru pencegahan supaya tak terjadi infeksi. "Jadi, pandai-pandailah membersihkan vagina. Selain itu, 'kejujuran' suami atau pasangan pun sangat penting." Dengan kata lain, jangan berganti-ganti pasangan seks. Setuju, ya, Bu, Pak
.!