Penyebab Wanita Susah Sulit Hamil Mendapatkan Anak Mandul - Kapan sebaiknya pemeriksaan harus dilakukan jika pasangan yang sudah menikah tak juga dikarunia momongan? Karena sering timbul keraguan, "ah, sepertinya saya sehat-sehat saja, kok. Mungkin belum waktunya diberi momongan." Tetapi, tak ada salahnya Anda berdua segera memeriksakan diri ke dokter bila telah setahun menikah. Tujuannya supaya segera ditangani bila memang dijumpai kelainan.
Apalagi biasanya kaum wanita menjadi kambing hitam dari kegagalan memiliki keturunan. Kendati, tentu saja itu salah besar, karena pria pun memegang peranan penting dalam masalah ini. Memangnya dari mana kehamilan itu terjadi kalau tidak ada sumbangan sperma dari pihak laki-laki, bukan begitu? Seperti dituturkan
dr. H. Hendy Mochtar, Sp.OG dari RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, "Fertilitas dan infertilitas sebenarnya merupakan kemampuan sepasang suami-istri sebagai satu kesatuan biologik.
Jadi, apa sebenarnya infertilitas itu? Sebelum lebih jauh membahas masalah infertilitas, ada baiknya untuk mengatahui apa yang disebut fertilitas. "Fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran seorang anak. Dikatakan fertilitas, bila seorang istri mampu hamil dan melahirkan anak dari suami yang mampu menghamilinya. Sebelum atau sesudah itu tak diketahui apakah pasangan tersebut subur atau tidak," papar Hendy.
SAAT TERBAIK
Umumnya waktu rata-rata yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah kurang dari 3 bulan. "Makin lama pasangan yang menikah itu tanpa kehamilan, makin kecil peluang untuk terjadinya kehamilan."
Pada wanita, fertilitas maksimal dicapai pada usia 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai usia 30 tahun. Sesudah usia 30 tahun, maka penurunannya akan makin cepat. "Sedangkan pada pria, fertilitas maksimal dicapai pada usia 24-25 tahun."
Meningkatnya frekuensi bersanggama paling berpeluang untuk terjadinya kehamilan. Itu bisa terjadi dalam waktu enam bulan, bila sanggama dilakukan 4 kali seminggu. Karena kualitas dan
motilitas (gerakan) spermatozoa menjadi lebih baik dengan seringnya ejakulasi.
Dokter baru menganggap infertilitas, bila pasangan yang ingin mempunyai anak tersebut sudah lebih dari 12 bulan tidak hamil. Infertilitas dibagi dalam dua macam. Yang pertama infertilitas primer, dimana istri belum pernah hamil walaupun telah menikah selama satu tahun, tidak pernah KB atau memakai alat kontrasepsi, dan hubungan sanggama teratur. Kemudian infertilitas sekunder, bila isteri pernah hamil sampai bayi lahir maupun terjadinya keguguran, tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi dalam kemungkinan 12 bulan, kendati tetap bersanggama secara teratur. Misalnya seorang wanita pernah hamil, kemudian keguguran. Setelah itu ditunggu-tunggu sampai 5 tahun tidak hamil-hamil lagi, sementara ia sendiri tak menggunakan kontrasepsi.
Kedua infertilitas ini, ujar Hendy, penyebabnya sama. "Pada wanita, infertilitas ini terutama disebabkan karena kelainan-kelainan pada organ reproduksinya." Penyebab lainnya adalah faktor kegemukan, merokok, obat-obatan, dan psikologi," ujar Hendy.
ISTRI LEBIH RUMIT
Sebenarnya, terang Hendy lebih jauh, yang rumit jika penyebabnya terletak pada isteri. "Istri kan memiliki banyak organ reproduksi, sehingga banyak faktor kemungkinan penyebab infertilitas." Barangkali hal inilah yang menyebabkan masyarakat lebih sering menyalahkan wanita ketimbang laki-laki dalam soal tidak adanya keturunan.
Nah, berikut masalah-masalah penyebab infertilitas pada wanita:
* Masalah pada Vagina
Umumnya terjadi karena adanya sumbatan atau peradangan pada vagina, sehingga dapat menghambat penyampaian air mani. Ada dua jenis sumbatan yang kerap terjadi. Yang pertama sumbatan
psikogen, atau disebut juga
vaginismus/disparenia. Kemudian sumbatan
anatomik karena bawaan atau perolehan.
Vaginitis atau radang pada vagina ini banyak penyebabnya. Misalnya karena
Kandida albikans atau
Trikomonas, yaitu semacam kuman yang hidup di dalam vagina. Kuman ini dapat menghambat/mempengaruhi gerak spermatozoa.
* Kelainan Lendir Serviks (Mulut Rahim)
Serviks atau mulut rahim biasanya mengarah ke bawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Nah, saluran mulut rahim ini dilapisi lekukan-lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan lendir. Sebagian dari sel-sel epitelnya mempunyai
silia (bulu getar) yang mengalirkan lendir mulut rahim ke vagina. Bentuk seperti itu dapat menjamin penyampaian spermatozoa ke dalam
kanalis servikalis (saluran mulut rahim yang menghubungkan antara vagina dan rongga rahim) secara terus-menerus dalam waktu yang lama.
Nah, infertilitas yang berhubungan dengan faktor
serviks ini disebabkan adanya sumbatan pada saluran mulut rahim tadi. Juga adanya lendir yang abnormal. "Terkadang lendirnya demikian kental sehingga menghambat
penetrasi (masuknya) sperma. Dengan demikian maka sulit untuk terjadinya pembuahan." Selain itu, bisa karena posisi
serviks yang tidak lazim. Bisa juga karena kombinasi dari ketiga hal tadi.
Kelainan anatomi pun sangat berperan dalam hal ini, yaitu adanya polip serviks, peradangan, atresia (cacat bawaan) dan lain-lain.
Untuk mengetahui adanya masalah ini bisa dilakukan melalui pemeriksaan lendir
serviks dengan Uji Pasca Sanggama (UPS) yang dilakukan pada pertengahan siklus haid. Pemeriksaan secara mikroskopik ini caranya dengan menempatkan sperma dan lendir serviks pada suatu gelas objek. Dari situ akan terlihat, bagaimana penetrasi sperma pada lendir
serviks. "Tapi uji pasca sanggama ini belum ada standarisasi cara melakukannya. Ada yang mengatakan, baru dapat dipercaya dalam 8 jam setelah pasca sanggama. Ada juga yang menganjurkan secepatnya, yaitu 2 jam setelah pasca sanggama," kata Hendy.
* Kelainan Uterus (Rahim)
Adanya distorsi
kavum uteri (rongga rahim) karena sinekia (perlengketan), mioma atau polip; peradangan endometrium dan gangguan kontraksi rahim dapat mengganggu transportasi
spermatozoa melalui
uterus ini. Hormon
prostaglandin dalam air mani juga memegang peranan penting dalam transportasi sperma ke dalam rahim. Jika jumlah
prostaglandin dalam air mani ini kurang dapat juga menjadi masalah infertilitas. "Yang terang, kelainan-kelainan yang terdapat dalam rahim dapat mengganggu dalam hal
implantasi, pertumbuhan
intrauterine (dalam kandung rahim), nutrisi, serta oksigenisasi janin," ujar Hendy.
* Kelainan Tuba (Saluran Telur)
Faktor kelainan tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas. Kelainan tuba, seperti
hidrosalping atau tuba yang membesar seluruhnya maupun tuba yang menebal karena adanya kerusakan dinding tuba akibat infeksi atau endometriosis. Kelainan tuba yang lain, seperti tuba yang kecil juga menunjukkan adanya bekas peradangan sebelumnya. Tuba yang pendek mungkin akibat peradangan, tekukan pada beberapa tempat atau fibrosis (pembentukan jaringan ikat), dan juga perlekatan tuba. Adanya perlekatan ini dapat mengganggu keutuhan tuba, mengganggu pergerakan
fimbriae (bentuk seperti rumbai-rumbai yang tak teratur dan terdapat pada bagian ujung saluran rahim) atau menahan ovarium. "Untuk menghindari perlekatan inilah, maka jangan sekali-kali mengurut bagian perut. Karena jaringan tersebut harus diperlakukan secara halus," ujar Hendy.
Kelainan pada tuba dapat diatasi dengan operasi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan anatomi tuba dan ovarium seperti semula. Tentunya, dengan memperhatikan pula kemungkinan gerakan otot dan silia tuba, sekresi tuba, dan daya tangkap ovum yang efektif. Sedangkan endometriosis pada tuba dapat disembuhkan melalui pengobatan. Seperti dengan pemberian obat-obat hormonal.
Untuk mengetahui adanya kelainan pada tuba ini dilakukan dengan cara pemeriksaan
histerosalpingografi (HSG) atau
hidrotubasi. HSG dilakukan dengan penyuntikan media kontras atau cairan berwarna yang akan menyebar ke dalam
kavum peritonei (rongga perut). Jika kondisi tubanya paten/baik, maka akan tampak di layar, aliran cairan tersebut berjalan baik keluar menuju
fimbriae. Keuntungan pemeriksaan dengan media larut air ini penyebarannya merata dan dapat diserap, kira-kira hanya dalam waktu satu jam. Hanya saja bisa mengakibatkan sakit perut karena pengaruh zat yang disuntikkan tersebut. Jika terjadi sumbatan ringan pada tuba dapat dilakukan dengan hidrotubasi dengan cara meniup sumbatan tersebut menggunakan alat.
* Kelainan Ovarium (Indung Telur)
Bila pada siklus ovarium yang normal, dari folikel-folikel akan jadi bibit ovum dan terjadi ovalarsium. Apabila terdapat suatu gangguan pada ovarium seperti adanya tumor-tumor, kista endometriosis, maka bisa mengakibatkan terjadinya
anovulasi (tidak terjadi ovulasi). Tentu saja dengan tidak terjadinya ovulasi ini juga merupakan faktor infertilitas. "Bagaimana mau terjadi kehamilan bila tak ada sel telurnya? Karena itu harus dicari tahu penyebabnya," ujar Hendy. Tentunya, lanjut Hendy, jika diketahui penyebabnya, harus segera diambil tindakan. Misalnya karena tumor di ovarium, maka harus dilakukan tindakan operasi. Bila masalahnya terdapat pada endometrium, maka dilakukan biopsi endometrium dengan cara mikro kuret. Biasanya ini dilakukan pada hari ke-22 sesudah menstruasi.
* Kelainan Peritoneum
Peritoneum merupakan semacam selaput yang membatasi dinding perut dan rongga panggul dan menutupi organ bagian dalam yang besar, terutama dalam perut. Nah, kelainan yang terdapat pada peritoneum ini bisa karena endometriosis atau radang panggul. Lapisan ini bisa mengeluarkan semacam cairan peritonal yang dapat menyebabkan infertilitas. Tapi jarang sekali terjadi infertilitas yang dikarenakan kelainan organ ini.
* Kelainan Hormon/Masalah Endokrin
Infertilitas pada wanita bisa juga terjadi karena
imbalance hormonal atau ketidakseimbangan hormon. Misalnya setiap bulan memang mengalami menstruasi, hanya saja tidak terjadi ovulasi. Bila diketahui penyebabnya karena hormonal, maka dilakukan keseimbangan hormon dengan cara terapi obat-obatan.
Nah, jadi bila isteri belum hamil-hamil juga dan setelah dicari penyebabnya, biasanya dokter akan menginformasikan kondisi sebenarnya. Kini sudah banyak cara untuk mendapatkan anak. Salah satunya bisa dengan
Gamet Intra Fallopian Tube (GIFT) atau bayi tabung. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melihat kemungkinan dari kondisi alat reproduksinya. Tentu saja, Bu, Pak, keputusan ada di tangan Anda berdua
.