Prosedur Operasi Transfer Lemak Lipofilling atau Fat Transfer - Banyak orang, khususnya wanita, memilih untuk melakukan lipofilling atau fat transfer untuk mengubah penampilannya. Apa kelebihan dan kekurangannya?
Banyak istilah yang disematkan untuk tindakan operasi ini. Ada yang menyebutnya dengan transfer lemak (
fat transfer), ada juga yang menyebut
lipofilling. Yang dimaksud sebetulnya sama, yaitu tindakan memindahkan suatu jaringan lemak dari satu area ke area lain di tubuh yang sama. Tujuannya untuk mengisi area tersebut. Lemak yang diambil harus berasal dari tubuh sendiri, tidak bisa diambil dari lemak orang lain.
Menurut
dr. Irawan Wahyudi, Sp.BP, spesialis bedah plastik dari
RS Royal Taruma, Jakarta, paling tidak ada dua tujuan
lipofilling, yaitu untuk rekonstruksi dan untuk kepentingan estetika. Tujuan rekonstruktif biasanya dilakukan pada pasien cacat (
defect), baik akibat kecelakaan maupun cacat bawaan. Misalnya, memperbaiki
defect di daerah wajah, memperbaiki pipi yang kempot akibat kecelakaan, dan sebagainya.
Sementara tujuan estetis biasanya dilakukan oleh pasien-pasien yang ingin mengubah penampilannya. Misalnya mengisi daerah cekung di daerah bawah mata, memperbesar bokong, atau memperbesar payudara. Namun, tidak semua bisa dikoreksi dengan
lipofilling. Contohnya, kerut-kerut pada wajah. Menurut Irawan, “Kerut wajah tidak bisa dihilangkan 100 persen dengan teknik
lipofilling. Efek yang dihasilkan sedikit. Paling-paling, wajah jadi terlihat lebih
fresh,” ucapnya.
Lebih Permanen
Sebetulnya, ada beberapa bahan lain yang juga dipakai untuk tindakan “pengisian” ini selain lemak. Kolagen dan silikon padat, misalnya. Sementara silikon cair sudah tak lagi digunakan karena berbahaya.
Lantas, apa bedanya
lipofilling dengan suntik kolagen dan implan silikon padat? “Fungsinya sebetulnya sama, yaitu untuk mengisi atau meninggikan area tertentu. Misalnya, hidung atau dagu. Yang berbeda mungkin hasil dan prosesnya,” jelas Irawan. Meski demikian, banyak pasien, wanita khususnya, yang lebih memilih
lipofilling karena menganggap hasilnya lebih natural.
Kolagen bersifat temporer. Setelah disuntikkan, kolagen akan mampu bertahan selama sekitar enam bulan, setelah itu hilang sama sekali diserap oleh tubuh. “Lemak akan bertahan seterusnya (permanen), soalnya diambil dari tubuh sendiri,” jelas Irawan. Catatannya, pada
lipofilling, lemak yang diambil dan dimasukkan tidak akan hidup 100 persen. Hanya sekitar 25 - 40 persen saja yang bisa hidup, sisanya akan diserap tubuh. Itu sebabnya,
lipofi-lling butuh beberapa kali tindakan, tidak sekali tindakan langsung berhasil. Dan, kemudian dievaluasi hasilnya. “Kalau memang perlu, bisa dilakukan tindakan pengisian lagi,” lanjutnya.
Dari segi proses, silikon padat dimasukkan ke bawah tulang, sementara lemak dimasukkan di atas tulang.
Lipofiliing juga hanya butuh irisan (insisi) kecil, sekitar 2-3 milimeter.
Tanpa Efek Samping
Lipofilling bisa dilakukan pada siapa saja, tidak peduli berapapun usianya. Contohnya, anak-anak usia muda yang mengalami sindrom autoimun, sehingga wajah bagian kiri dan kanan tidak sama. Atau, menyamakan daerah bibir yang tidak rata. “Siapa pun boleh dan bisa, tetapi sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dulu. Kalau ternyata ada penyakit khusus, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi misalnya, ya diobati dulu,” jelas Irawan.
Transfer lemak relatif aman karena lemak yang diambil adalah lemak dari tubuh sendiri. “Hampir tidak ada efek sampingnya, kecuali bengkak pada awal tindakan. Ini sama juga pada tindakan suntik kolagen atau implan silikon padat. Selama 2-3 hari akan terlihat bengkak, setelah itu akan kempis,” lanjutnya. Reaksi alergi akibat penolakan tubuh pun tidak terjadi pada
lipofilling. Ini berbeda dengan suntik kolagen yang masih sering menimbulkan reaksi alergi pada pasiennya.
Bius Lokal
Proses
lipofilling sendiri relatif tidak membutuhkan waktu lama. Misalnya
lipofilling pada wajah hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Yang agak lama adalah
lipofilling di bokong atau payudara. Pasalnya, jumlah lemak yang harus diambil jauh lebih banyak. Pasien pun biasanya harus dibius total, sementara pada wajah biasanya hanya butuh bius lokal.
Pada
lipofilling bokong atau payudara, lemak yang sudah diambil kemudian disaring dengan cara diputar (
centrifuged) dengan alat khusus, sebelum dimasukkan ke area yang hendak diisi. “Kalau untuk wajah, kan, lemak yang diambil cuma sedikit. Habis tindakan pun pasien bisa langsung pulang, sementara kalau
lipofilling pada bokong atau payudara dengan bius total, biasanya butuh minimal perawatan sehari,” terang Irawan. Perawatan selanjutnya hampir tidak diperlukan, kecuali bila ada keluhan. Biasanya, pada awal-awal, muncul keluhan nyeri dan bekas luka kecil yang akan kering sendiri setelah 2-3 minggu.
Hati-hati Bias
Bisakah fat transfer dilakukan bagi pasien kanker payudara? “Tergantung derajat atau stadiumnya. Kalau derajatnya sudah berat dan payudara harus dipotong, ya tidak bisa,” jelas Irawan.
Lipofilling payudara masih mungkin dilakukan, namun ada kelemahan yang harus diperhatikan pasien. Yang jelas pasien harus diberitahu risiko bahwa lemak yang dimasukkan ke dalam tubuh tidak bisa hidup semuanya. Sebagian lagi akan mati dan diserap oleh tubuh sendiri (nekrosis). Nah, lemak yang mati ini jika dilihat dengan radiologi/mammografi akan menunjukkan hiperkalsifikasi (terlihat lebih putih dibanding warna lemak yang masih hidup). Padahal, deteksi kanker payudara dengan mamografi juga menunjukkan hiperkalsifikasi bila positif.

Artinya, ini akan membiaskan hasil pemeriksaan mammografi. Pasien yang sebelumnya sudah melakukan lipofilling payudara, dan kemudian ternyata terkena kanker payudara, radiologinya akan menunjukkan hasil yang sama, yakni hiperkalsifikasi. Bisa saja terjadi, lanjut Irawan, “Hiperkalsifikasi ini kemudian dibaca bukan sebagai kanker payudara, melainkan sebagai nekrosis.” Irawan lebih menyarankan untuk melakukan implan payudara ketimbang lipofiling payudara. “Implan lebih simpel. Kalau tidak suka, tinggal dilepas,” katanya
Harus Siap Mental
Kapan sebaiknya melakukan fat transfer atau lipofilling, sebenarnya tergantung kebutuhan. Yang penting, lanjut Irawan, konsultasikan ke dokter, seberapa perlu tindakan tersebut. Bisa jadi, tindakan lipofilling tidak diperlukan dan bisa dilakukan tindakan lain.
Secara psikologis, pasien juga harus siap. “Secara umum, pasien estetis ini, kan, pasien sehat yang ingin mengubah penampilannya jadi lebih cantik. Tapi, terkadang mereka tidak siap dengan hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan. Orang bilang sudah bagus, tapi menurut mereka jelek. Lalu mereka minta diubah lagi. Ini kan, psikologis.”
Irawan melanjutkan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan terkait aspek psikologis ini. Yang pertama, banyak kasus di mana pasien yang melakukan tindakan ini menjadi adiksi (kecanduan). Mereka berulang-ulang melakukannya, padahal belum tentu perlu.
Yang berikutnya, “Kadang-kadang dokter bilang hasilnya sudah bagus, sementara pasien bilang belum. Akibatnya, pasien tidak puas dan akan melakukan operasi kemana-mana. Bisa 3 - 4 kali untuk operasi yang sama,” jelas Irawan. Dan ternyata, kebanyakan pasien yang mengalami gangguan psikologis adalah pasien yang melakukan tindakan operasi hidung
.