Benarkah Dampak KB Suntik Akan Lama Mendapatkan Anak? - 
Saya  ibu rumah tangga (20). Setelah anak pertama lahir, saya langsung ikut  KB suntik 3 bulanan. Namun setelah anak saya meninggal di usia 1,5  tahun, saya langsung menghentikan KB. Sebelum menikah saya mengalami  haid normal, sebulan satu kali dengan masa haid 3 hari. Namun setelah  saya ikut KB suntik, saya mengalami haid 4 kali dalam sebulan dan  masing-masing waktu haidnya sekitar 3 hari. 
Yang menjadi pertanyaan saya, dengan haid yang terlalu sering  apakah masih terbilang normal atau ada penyakit lain, atau karena saya  ikut KB? Apa yang harus saya lakukan? Saya pernah membaca artikel di  tabloid nakita tentang plus-minus metode kontrasepsi. Katanya, KB suntik  akan lama mendapatkan anak meskipun sudah dilepas. Benarkah saya harus  menunggu 1 tahun untuk mendapat anak lagi? (Susylawati - Bekasi)
Haid empat kali dalam sebulan adalah tidak normal, dan ini bukan haid  tetapi perdarahan yang kemungkinan diakibatkan oleh adanya gangguan  hormon. Sebaiknya Ibu segera berkonsultasi kembali dengan dokter  kandungan Ibu untuk menilai apakah hormon Ibu normal atau tidak. Selain  itu, mungkin juga akan dilakukan pemeriksaan USG melalui vagina untuk  menilai keadaan rahim dan indung telur. Adanya tumor indung telur atau  di dalam rongga rahim, dapat menyebabkan perdarahan abnormal. KB suntik  tiga bulanan (DMPA) menekan fungsi hormon sehingga siklus haid Ibu  menjadi tidak subur dan selaput lendir rahim menjadi tipis sehingga  seringkali tidak dapat haid atau haidnya hanya berupa perdarahan bercak  saja. Bila Ibu ada waktu, silakan berkonsultasi dengan dokter kandungan  di Divisi Endokrinologi Reproduksi FKUI/RSCM di Jakarta.
Saya turut berduka cita atas berpulangnya anak Ibu, apakah dia  meninggal karena kelainan bawaan atau penyakit lainnya? Bila karena  cacat bawaan, sebaiknya Ibu dan Bapak berkonsultasi dengan ahli genetika  di Jakarta. Mulailah Ibu mengonsumsi asam folat, 1 tablet per hari  sebelum Ibu hamil lagi dan diteruskan selama hamil. Obat ini telah  terbukti bermanfaat dalam mencegah kecacatan yang berkaitan dengan  kerusakan sistem tabung saraf janin, misalnya janin dengan tulang  belakang yang bolong (spina bifida) atau tidak memiliki tulang tengkorak  (anensefalus). Terima kasih atas pertanyaannya
.